OJK: Undisbursed Loan Tinggi Berpotensi Dukung Ekspansi Usaha

- Undisbursed loan akan mengalami moderasi seiring penyesuaian strategi bisnis bank. Sektor perbankan nasional tetap memiliki ruang untuk mendukung pembiayaan produktif.
- Faktor yang menopang pertumbuhan kredit antara lain transmisi kebijakan moneter yang membaik, tren penurunan suku bunga pinjaman, serta percepatan belanja pemerintah dan investasi swasta.
Jakarta, IDN Times - Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, mengatakan, pertumbuhan undisbursed loan yang tetap tinggi menunjukkan masih adanya kelonggaran dalam penarikan kredit di masa depan yang dapat dimanfaatkan oleh debitur untuk melakukan ekspansi usaha.
"Dengan adanya komitmen kredit atau pembiayaan yang besar tersebut, terdapat potensi peningkatan realisasi kredit di masa mendatang. Jika kondisi ekonomi membaik dan kepercayaan pelaku usaha meningkat, pencairan kredit dapat meningkat dan mendorong pertumbuhan sektor riil," kata Dian dalam keterangan tertulis, Kamis (25/12/2025).
Adapun data undisbursed loan yang belum disalurkan oleh perbankan tercatat sebesar Rp2.500 triliun per November 2025.
1. Undisbursed loan akan mengalami moderasi seiring penyesuaian strategi bisnis bank.

Dian memperkirakan, undisbursed loan akan mengalami moderasi seiring dengan penyesuaian strategi bisnis bank. Meskipun demikian, sektor perbankan nasional diperkirakan tetap memiliki ruang untuk mendukung pembiayaan produktif, asalkan pendekatan yang cermat terhadap risiko dan kebijakan ekonomi ke depan diterapkan.
Pemulihan beberapa sektor ekonomi, serta dukungan optimal dari kebijakan fiskal dan moneter, diharapkan dapat meningkatkan efek multiplier ke konsumsi rumah tangga dan investasi dunia usaha.
2. Faktor yang menopang pertumbuhan kredit

Beberapa faktor yang dapat mendorong pertumbuhan kredit atau pembiayaan antara lain, transmisi kebijakan moneter yang semakin membaik, tren penurunan suku bunga pinjaman, serta percepatan belanja pemerintah dan investasi swasta.
Dian juga melihat aktivitas perekonomian mulai menunjukkan peningkatan. Hal itu tercermin dari PMI Manufaktur Indonesia pada November 2025 yang mengalami ekspansi sebesar 53,50, membaik dibandingkan Oktober 2025 yang berada di level 51,20.
"Jika peningkatan aktivitas perekonomian terus berlanjut, pertumbuhan ekonomi sepanjang 2025 masih dapat meningkat sehingga turut mendorong permintaan terhadap kredit perbankan," kata dia.
3. Permintaan melemah karena dunia usaha wait and see

Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial (DKMP) BI, Solikin M. Juhro, mengakui, dari sisi permintaan, pelaku usaha masih menahan realisasi penarikan kredit. Hal tersebut sejalan dengan sikap wait and see dunia usaha di tengah ketidakpastian prospek ekonomi dan dinamika usaha ke depan.
"Dari sisi demand, dunia usaha masih bersikap wait and see dalam merealisasikan penarikan kredit, di tengah ketidakpastian prospek ekonomi dan dinamika usaha ke depan,” ujar Solikin dalam Taklimat Media, Senin (22/12/2025).
Untuk merespons kondisi tersebut, BI menyiapkan sejumlah strategi melalui pemanfaatan instrumen makroprudensial reguler yang dikombinasikan dengan penguatan komunikasi kebijakan. Langkah ini ditujukan untuk mendorong keyakinan pelaku usaha sekaligus mempercepat realisasi intermediasi perbankan ke sektor riil.
“Kita melakukan instrumen makroprudensial yang dikombinasikan dengan komunikasi untuk mendorong respons sisi demand dan sektor riil. Karena itu, ke depan akan ada percepatan intermediasi Indonesia,” ujar Solikin.


.jpg)















