OPEC+ Naikkan Produksi Minyak Saat Tekanan dari Rusia Meningkat

- Keputusan kenaikan produksi minyak mentah OPEC+ sebagai respons tekanan geopolitik.
- OPEC+ melakukan perubahan kebijakan setelah bertahun-tahun pemangkasan produksi.
- Dampak pasar dan prospek langkah lanjutan OPEC+.
Jakarta, IDN Times - OPEC+ memutuskan untuk kembali menaikkan produksi minyak mentah sebesar 547 ribu barel per hari untuk September pada Minggu (3/8/2025). Keputusan ini diambil dalam upaya terbaru kelompok produsen minyak tersebut untuk merebut kembali pangsa pasar global di tengah kekhawatiran akan potensi gangguan pasokan terkait Rusia.
Pengumuman kenaikan produksi tersebut menjadi langkah terbaru dari serangkaian lonjakan output yang dipercepat, menyusul berakhirnya sebagian besar pemangkasan produksi OPEC+ sejak tahun 2023. Kenaikan tersebut juga mencakup tambahan produksi khusus bagi Uni Emirat Arab (UEA), sehingga total kenaikan mencapai 2,5 juta barel per hari, atau sekitar 2,4 persen dari permintaan dunia.
1. Virtual meeting OPEC+ tentukan kenaikan produksi sebagai respons tekanan geopolitik
Delapan negara anggota OPEC+, termasuk Arab Saudi, Rusia, Irak, UEA, Kuwait, Kazakhstan, Aljazair, dan Oman, mengadakan pertemuan virtual membahas strategi produksi. Pertemuan ini berlangsung seiring meningkatnya tekanan Amerika Serikat (AS) kepada India agar menghentikan pembelian minyak Rusia sebagai bagian dari upaya Washington membawa Moskow ke meja perundingan damai dengan Ukraina.
“Keputusan akan diambil seiring munculnya risiko. Kami harus tetap fleksibel," ujar salah satu perwakilan OPEC+, dilansir Reuters.
Kelompok OPEC+ secara eksplisit menyatakan faktor ekonomi global yang kuat dan stok minyak mentah yang rendah sebagai alasan utama di balik penambahan produksi.
2. Perubahan kebijakan OPEC+ setelah bertahun-tahun melakukan pemangkasan produksi
Sebelumnya, OPEC+ telah memangkas produksi minyak selama beberapa tahun demi menopang harga pasar. Namun, sejak April 2025 negara-negara anggota perlahan mulai menaikkan output—dimulai dengan 138 ribu barel per hari, disusul lonjakan 411 ribu barel di bulan Mei, Juni, dan Juli, serta 548 ribu barel pada Agustus 2025.
Langkah kenaikan produksi akan berlangsung mulai September 2025, jauh lebih awal dari rencana semula yang menargetkan pemulihan penuh pada akhir 2026. Peningkatan khusus untuk UEA juga diberikan sebagai bagian dari negosiasi panjang di antara negara anggota.
3. Dampak pasar dan prospek langkah lanjutan OPEC+
Sebelum penetapan kenaikan produksi, harga minyak Brent masih bertahan di angka sekitar 70 dolar AS (Rp1,1 juta) per barel, naik dari posisi terendah 58 dolar AS (Rp950,1 ribu) pada April 2025. Meskipun produksi meningkat, harga tetap tinggi didorong oleh permintaan musiman dan kekhawatiran gangguan pasokan dari Rusia.
“Dengan harga minyak yang bertahan di kisaran 70 dolar AS (Rp1,1 juta), OPEC+ merasa yakin terhadap fundamental pasar saat ini," ujar Amrita Sen, salah satu pendiri Energy Aspects, dikutip CNN.
OPEC+ juga mengumumkan akan mengkaji kembali pemangkasan produksi sukarela sebesar 1,65 juta barel per hari dalam pertemuan berikutnya pada 7 September 2025, sementara pemangkasan 2 juta barel per hari di luar delapan negara tetap diberlakukan hingga akhir 2026. Kelompok ini menegaskan bahwa penyesuaian kebijakan akan terus dipertimbangkan sesuai perkembangan pasar global.