Panen Padi di Sulsel Diprediksi Turun, Bulog Bakal Serap Beras Petani?

Dia mengatakan, pada kondisi normal, Sulsel yang merupakan salah satu sentra produksi beras selalu surplus. Provinsi tersebut biasanya menghasilkan 3 juta ton beras dalam setahun yang kebutuhannya hanya sekitar 2 juta ton beras setahun.

“Kita sampai 3 juta ton, ada surplus antara 800 ribu ton sampai 1 juta ton, itu untuk Sulsel,” ucap Imron.

Namun, dengan adanya penurunan produksi beras sejak 2023, stok beras dari Sulsel pun tak cukup untuk menutupi kebutuhan wilayah itu sendiri, ditambah belum ada panen hingga saat ini.

“Kenapa defisit? Karena memang lagi belum panen. Efek El Nino itu hampir sampai Desember, tidak ada hujan. Ada hujan tapi gak merata,” ujar Imron.

Dia mengatakan, saat terjadi kekurangan stok, permintaan beras malah melonjak. Sebab, ada acara-acara besar seperti pemilu dan bulan Ramadan yang akan segera tiba.

“Karena kita memasuki event-event penting seperti pemilu, itu permintaan mulai meningkat, termasuk momen puasa dan hari raya. Jadi itu pasti ada permintaan yang tidak seperti biasanya,” tutur Imron.

Imron mengatakan, untuk tugas penyerapan saat panen, hanya bisa dilakukan apabila gabah atau beras yang dibeli masih sesuai harga pembelian pemerintah (HPP). Namun, melihat tingginya harga gabah dan beras saat ini, dirinya memprediksi Bulog Sulsel tak akan melakukan penyerapan.

“Cuma nanti kita bisa serap gak? Selama harga masih di atas HPP, ya, kita insyaallah tidak bisa serap,” ujar Imron.

Di sisi lain, Imron memprediksi beras hasil panen mendatang seluruhnya masuk ke pasar. Sebab, pasar masih kekurangan stok beras saat ini.

“Dan sesuai kondisi saat ini, kayaknya panen besok banyak mengisi pasar, karena pasar lagi banyak kosong,” tutur Imron.