Pariwisata Jepang Berpotensi Rugi Rp20 T akibat Konflik dengan China

- Dampak pada industri penerbangan serta pariwisata Jepang: Pembatalan tiket pesawat mencapai 491 ribu, sekitar 32 persen dari total pemesanan tiket ke Jepang dari China.
- Faktor pemicu ketegangan: Ketegangan bermula dari pernyataan Perdana Menteri Jepang, Sanae Takaichi, yang mengaitkan penggunaan kekuatan militer Jepang jika konflik di Taiwan pecah.
Jakarta, IDN Times - Jepang menghadapi dampak signifikan dari memburuknya hubungan diplomatik dengan China yang menyebabkan lonjakan pembatalan perjalanan wisatawan China ke Jepang. Akibatnya, pendapatan dari sektor pariwisata Jepang diperkirakan menurun drastis hingga 1,2 miliar dolar Amerika Serikat (AS) (Rp20 triliun) hingga akhir 2025.
Kondisi ini muncul setelah pemerintah China mengeluarkan imbauan resmi bagi warganya untuk menghindari perjalanan ke Jepang, memicu pembatalan sekitar 30 persen dari total 1,44 juta perjalanan yang direncanakan. Langkah ini menjadi pukulan berat bagi industri pariwisata dan penerbangan Jepang.
1. Dampak pada industri penerbangan serta pariwisata Jepang
Sejumlah maskapai penerbangan China mencatat pembatalan tiket pesawat mencapai 491 ribu, sekitar 32 persen dari total pemesanan tiket ke Jepang dari China, pada Sabtu (15/11/2025). Angka ini melonjak drastis di hari-hari berikutnya, mencapai puncak pembatalan lebih dari 80 persen pada Minggu (16/11).
Selain maskapai penerbangan, dua biro perjalanan wisata milik negara China juga membatalkan pemesanan grup yang sudah dijadwalkan beberapa bulan sebelumnya. Hal ini dilakukan untuk menghindari kerugian finansial lebih lanjut akibat ketidakpastian politik. Maskapai-maskapai utama China bahkan mengizinkan pengembalian dana tanpa biaya pembatalan hingga akhir Desember 2025.
"Kami melihat penurunan tajam permintaan Jepang dari China, yang merupakan langkah lebih tegas dibandingkan masa krisis sebelumnya," kata seorang analis dari China Trading Desk, Subramania Bhatt, dilansir Japan Times.
2. Faktor pemicu ketegangan
Ketegangan ini bermula dari pernyataan Perdana Menteri Jepang, Sanae Takaichi, pada Jumat (7/11), yang mengaitkan penggunaan kekuatan militer Jepang jika konflik di Taiwan pecah. Pernyataan ini memicu kemarahan Beijing, yang menyebutnya sebagai tindakan provokatif.
Kedutaan Besar China di Jepang Jumat lalu mengeluarkan peringatan resmi kepada warganya untuk menghindari perjalanan ke Jepang demi alasan keamanan. Sebagai balasan, pemerintah Jepang menyatakan keberatan secara resmi pada Sabtu (15/11).
Kepala Sekretaris Kabinet Jepang, Minoru Kihara meminta Beijing untuk mengambil langkah yang tepat dalam menjaga hubungan bilateral. Jepang juga menanggapi secara diplomatik dengan memanggil duta besar China ke Jepang terkait ketegangan ini.
Seorang analis dari International Crisis Group, William Yang menilai, respons Beijing merupakan taktik yang sudah pernah digunakan sebelumya untuk memberi tekanan diplomatik dan ekonomi terhadap Jepang.
3. Dampak jangka panjang dan proyeksi kerugian pariwisata Jepang
Selain dampak langsung, ketegangan ini dapat membawa konsekuensi jangka panjang. Jika ketidakseimbangan hubungan diplomatik berlanjut hingga 2026, diperkirakan total kerugian pariwisata Jepang bisa mencapai 9 miliar dolar AS (Rp150,4 triliun).
"Penurunan pengeluaran wisatawan China dapat mencapai 600 juta dolar AS (Rp10 triliun) pada 2025 saja, dan jika kondisi tidak membaik, dampaknya sangat berat bagi perekonomian Jepang," kata Subramania Bhatt, dilansir Channel News Asia.
Data juga menunjukkan, sebelum teguran perjalanan dari China, tingkat pemesanan perjalanan China ke Jepang naik hingga 25 persen dibanding tahun 2024, tetapi kini justru melambat dibawah angka tahun lalu. Destinasi utama yang terdampak adalah rute dari Shanghai, Beijing, dan Guangzhou yang menuju Tokyo dan Osaka, dua kota favorit turis China.


















