Pemerintah Meksiko Naikkan Tarif Impor 50 Persen dari China

- Senat Meksiko memfinalkan aturan tarif baru, termasuk bea masuk 35-50 persen untuk lebih dari 1.400 jenis barang impor.
- Kebijakan tarif berkaitan dengan ketegangan dagang dengan AS, yang mengancam kenaikan tarif hingga 50 persen untuk baja dan aluminium asal Meksiko.
- Tarif baru Meksiko dipengaruhi tekanan politik dan ekonomi, terutama terkait tinjauan Perjanjian Amerika Serikat-Meksiko-Kanada (USMCA) tahun depan.
Jakarta, IDN Times – Parlemen Meksiko meloloskan paket tarif yang ditujukan untuk ratusan barang impor yang banyak berasal dari China. Langkah ini diputuskan guna menahan derasnya arus barang luar negeri.
Presiden Meksiko, Claudia Sheinbaum menyebut, kebijakan tersebut diperlukan untuk mendorong kapasitas produksi domestik. Rancangan Undang-Undang itu sebelumnya disetujui Senat pada Rabu (10/12/2025) dan akan berlaku mulai 1 Januari 2026 bagi aneka produk seperti logam, mobil, pakaian, serta perlengkapan rumah tangga.
Sejumlah negara tanpa perjanjian dagang bebas dengan Meksiko bakal terdampak aturan baru ini, termasuk Thailand, India, dan Indonesia. Tarif yang dikenakan dapat mencapai 50 persen untuk lebih dari 1.400 jenis barang.
1. Senat Meksiko memfinalkan aturan tarif baru

Senat meloloskan, rancangan tersebut melalui pemungutan suara dengan hasil 76 setuju, 5 menolak, dan 35 abstain. Keputusan ini tetap diambil meski menimbulkan penolakan keras dari pelaku industri lokal maupun China. DPR telah memberikan persetujuan lebih awal sehingga aturan siap diterapkan tahun depan dan berlaku hingga 2026.
Tarif yang diberlakukan mencakup suku cadang mobil, tekstil, pakaian, plastik, logam, serta alas kaki. Sebagian besar produk akan terkena bea masuk 35 persen. Namun sejumlah kategori langsung masuk kelompok tertinggi, yakni 50 persen.
Dilansir dari BBC, juru bicara Kementerian Perdagangan China menyampaikan, kebijakan tersebut akan secara substansial merugikan kepentingan para mitra dagang, termasuk China. Mereka menambahkan, pihaknya tengah melakukan penyelidikan terhadap keputusan Meksiko. China juga meminta pemerintahan Sheinbaum meninjau ulang arah kebijakannya.
Perusahaan asal China terus memperluas operasinya di Meksiko dalam beberapa tahun terakhir, seperti produsen mobil BYD dan MG. Meski demikian, Amerika Serikat (AS) curiga Beijing memanfaatkan Meksiko untuk menghindari tarif AS. Dampaknya, mobil yang berasal dari China kini menghadapi bea impor tertinggi, yakni 50 persen.
2. Kebijakan tarif berkaitan dengan ketegangan dagang dengan AS

Kebijakan baru ini hadir di tengah pembicaraan antara Meksiko dan AS mengenai ancaman kenaikan tarif dari Presiden AS Donald Trump. Rencana tersebut mencakup bea setinggi 50 persen untuk baja dan aluminium asal Meksiko. Trump juga pernah mengancam tarif lainnya, termasuk pungutan 25 persen guna menekan negara-negara agar menahan masuknya fentanyl ke AS.
Belakangan, Trump kembali mengeluarkan ancaman tarif 5 persen terhadap Meksiko karena menilai negara itu melanggar kesepakatan pembagian air. Ia menyebut, kondisi tersebut tak adil bagi petani AS yang sangat membutuhkan pasokan air. Trump merujuk pada perjanjian berusia lebih dari delapan dekade yang memberikan akses air bagi AS dari anak sungai Rio Grande, sebuah aturan yang menurut Washington kerap tak dipenuhi Meksiko selama bertahun-tahun.
3. Tarif baru Meksiko dipengaruhi tekanan Politik dan Ekonomi

Dilansir dari Hindustans Times, para analis menilai kebijakan proteksionis Meksiko tak lepas dari tekanan dari AS. Situasi itu menguat menjelang tinjauan Perjanjian Amerika Serikat-Meksiko-Kanada (USMCA) tahun depan. Pemerintahan Sheinbaum tampak ingin menunjukkan keselarasan dengan Washington dalam menghadapi barang-barang asal China, dengan harapan dapat mengurangi tekanan tarif dari AS atas ekspor Meksiko.
Meski Sheinbaum membantah adanya hubungan antara tekanan AS dan kebijakan tersebut, struktur tarif yang diatur Meksiko serupa dengan pola perdagangan AS. Kementerian Keuangan Meksiko memperkirakan aturan baru ini bisa menghasilkan pemasukan tambahan sekitar 52 miliar peso atau setara Rp47,6 triliun. Pendapatan itu dibutuhkan untuk menekan defisit anggaran.
Senator oposisi dari Partai Aksi Nasional, Mario Vazquez, menilai tarif baru dapat membantu sektor tertentu yang terpukul oleh banjir impor murah dari China. Namun ia juga menganggap kebijakan ini berfungsi sebagai pajak tambahan bagi konsumen. Ia mempertanyakan rencana penggunaan dana besar yang diperoleh dari tarif tersebut.
Emmanuel Reyes dari partai penguasa Morena membela kebijakan tersebut dengan menyatakan langkah itu akan memperkuat posisi produk Meksiko dalam rantai pasok global. Ia menambahkan, kebijakan tersebut ditujukan untuk menjaga lapangan kerja di sektor-sektor utama.
India selama ini berusaha memperluas ekspor tekstil, komponen otomotif, dan barang teknik ke Amerika Latin. Kini negara itu menghadapi pasar Meksiko yang jauh lebih sulit ditembus. Meksiko merupakan ekonomi terbesar kedua di kawasan tersebut dan menjadi pintu masuk penting ke Amerika Utara. Kenaikan tarif ini berpotensi mengganggu keunggulan kompetitif bagi eksportir India.
Undang-undang tersebut juga memberikan kewenangan luas kepada Kementerian Ekonomi Meksiko untuk menyesuaikan tarif bagi negara-negara tanpa perjanjian dagang bebas kapan saja. Perubahan kebijakan bisa terjadi dengan cepat menjelang tinjauan USMCA.
Fleksibilitas ini membuat eksportir India harus bersiap menghadapi perubahan tarif yang lebih sering. Dengan AS dan Kanada yang kian ketat mengawasi jalur rantai pasok China, langkah Meksiko menunjukkan arah proteksionisme yang semakin kuat di kawasan Amerika Utara.


















