Pemerintah Tak Mau Petani Bergantung Bansos dan BLT, Caranya?

- Pemerintah Presiden Prabowo Subianto komitmen tingkatkan kesejahteraan petani dengan jamin hasil panen dibeli harga layak.
- Bantuan sosial seperti beras atau uang tunai Rp600 ribu dianggap tidak efektif dan cenderung negatif, mendorong aktivitas tidak produktif.
Jakarta, IDN Times - Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto menegaskan komitmennya untuk meningkatkan kesejahteraan petani dengan memastikan hasil panen dibeli dengan harga layak.
Menteri Koordinator (Menko) Pangan, Zulkifli Hasan menilai petani Indonesia sebetulnya rajin bekerja, tetapi membutuhkan kepastian agar hasil produksi mereka dibeli dengan harga menguntungkan.
Pria yang akrab disapa Zulhas itu menyampaikan hal tersebut dalam Sarasehan 100 Ekonom Indonesia "Estafet Kepemimpinan Baru Menuju Akselerasi Ekonomi" di Jakarta, Selasa (3/12/2024).
"Petani-petani kita rajin, hanya memang tadi itu permintanya kita beli produksinya. Daripada kita terus seperti sekarang, Pak, ya miskin, kasih 10 kilo beras. Miskin, kita kasih Rp600 ribu," ujarnya.
1. Zulhas sebut bansos dan BLT bisa timbulkan dampak negatif

Menurutnya, pemberian bantuan sosial seperti beras atau uang tunai sebesar Rp600 ribu kepada masyarakat miskin tidak efektif dan cenderung menimbulkan dampak negatif.
Zulhas menyebut bantuan tersebut hanya memunculkan harapan semu, bahkan mendorong sebagian penerima terlibat dalam aktivitas tidak produktif, seperti judi online (judol).
"Habis itu dia menghayal jadi orang kaya (setelah menerima bantuan) Rp600 ribu, akhirnya ikut judi online. Betul ini, ini kenyataannya sekarang. Jadi, itu sangat tidak produktif dan saya kira merusak gitu ya. Kita tidak akan menjadi bangsa yang maju," paparnya.
2. Bulog harus membeli dengan harga yang untungkan petani

Zulhas mengungkapkan, petani hanya memiliki satu permintaan sederhana, yaitu agar hasil panen mereka, seperti jagung dan gabah, dibeli dengan harga yang layak.
Oleh karena itu, pemerintah sedang berupaya melakukan transformasi pada Perum Bulog. Nantinya, Bulog harus membeli seluruh hasil panen petani dengan harga yang menguntungkan, bukan harga yang merugikan petani.
"Misalnya jagung dibeli dengan harga Rp5.500, nanti Bulognya jual Rp4.000 atau Rp4.500, nggak apa-apa, subsidi untuk mereka," tuturnya.
3. Pemerintah optimistis kesejahteraan petani bisa meningkat

Mantan Menteri Perdagangan (Mendag) itu menyadari salah satu tantangan utama yang dihadapi petani adalah fluktuasi hasil produksi yang terkadang melimpah dan kadang terbatas. Sebab, mereka tak mendapat kepastian penghasilan.
Di sisi lain, pemerintah menekankan pentingnya melatih masyarakat, khususnya petani, untuk lebih produktif agar dapat meningkatkan kualitas hidup mereka, termasuk pendidikan anak, pemenuhan kebutuhan pangan, dan perbaikan kondisi tempat tinggal.
"Nah, kerja itu petani-petani kita rajin, hanya memang tadi itu permintanya kita beli produksinya," tuturnya.
Zulhas optimistis, jika persoalan di sektor pangan dapat diselesaikan, sebagaimana yang menjadi fokus Presiden Prabowo Subianto, Indonesia dapat menjadi bangsa yang kuat dan mandiri.