Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Pernah Buat Khazanah, Mahathir Mohamad Beri Saran untuk Danantara

Gedung Danantara (IDN Times)
Intinya sih...
  • Indonesia memiliki Danantara sebagai sovereign wealth fund, sementara Malaysia sudah memiliki Khazanah.
  • Mahathir Mohamad menekankan pentingnya persatuan dan mengungkapkan pengalaman berutang untuk proyek pembangunan.
  • Mahathir memberikan saran agar Danantara melakukan penelitian mendalam sebelum investasi, meskipun ada pakar luar negeri di jajaran direksi.

Jakarta, IDN Times - Indonesia saat ini memiliki Danantara sebagai sovereign wealth fund, sementara Malaysia sudah lebih dulu memiliki Khazanah yang didirikan di era Perdana Menteri Mahathir Mohamad.

Kepada IDN Times, Mahathir Mohamad mengatakan, Khazanah dibuat untuk menginvestasikan surplus pendapatan Malaysia.

"Sesungguhnya masalah kita adalah soal perkawanan (persatuan). Di Malaysia, kami menemukan ras-ras yang terpisah, ada yang sukses dan juga tidak sukses," kata Mahathir.

Ia menjelaskan, kesenjangan ini membuat mereka yang lemah tidak mampu mengejar yang kaya. Karena inilah ia mendirikan Khazanah pada 1993.

"Khazanah memegang peranan itu bukan untuk Khazanah sendiri, melainkan sebagai pengganti bagi mereka yang tertinggal," jelas Mahathir dalam program Real Talk with Uni Lubis by IDN Times.

1. Negara boleh berutang tapi harus dibayar

Mantan PM Malaysia tMahathir Mohamad temui Presiden ke-7 Jokowi di Solo. (IDN Times/Larasati Rey)

Mahathir menjelaskan, tak masalah untuk meminjam uang jika tidak punya cukup dana. Namun, jika meminjam maka harus dibayarkan kembali.

Ia menceritakan bagaimana dirinya berutang untuk memajukan suatu proyek. Mahathir membandingkan saat ia meminjam uang dengan Najib Razak, mantan perdana menteri Malaysia yang terjerat kasus 1 Malaysia Development Berhad (1MDB).

"Ketika saya menjadi perdana menteri, ya kami berutang untuk memajukan suatu proyek. Namun, tidak pernah mencapai 1 miliar ringgit Malaysia. Tapi Datuk Sri Najib meminjam 42 miliar ringgit Malaysia. Itulah sebabnya kami khawatir tentang cara membayar utang, karena yang harus dibayar 42 miliar ringgit," jelas Mahathir.

Hingga kini, ujar Najib, Malaysia masih melunasi utang yang dibuat oleh Najib Razak. Menurutnya, pemerintah perlu menerima tanggung jawab untuk melunasi utang tersebut.

"Dan ini menjadi beban terhadap kekayaan publik, karena ini uang publik," tutur Mahathir.

2. Danantara harus melakukan uji tuntas

Kantor Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara). (IDN Times/Vadhia Lidyana)

Mahathir memberikan saran untuk Danantara agar bisa berjalan dengan baik.

"Bagi bisnis, hal pertama yang harus dilakukan adalah melakukan penelitian mendalam dan due diligence. Uji tuntas artinya kita bisa tahu latar belakang usahanya, siapa yang menjalankan usahanya, modalnya dari mana, utangnya dari mana, dan itu kita pelajari mendalam," tegas Mahathir.

Ia menambahkan, jika sudah merasa yakin dan terogranisasi dengan baik, maka bisa melakukan investasi. "Jika ternyata ada unsur skandal, dia tidak bisa melakukan investasi," tegasnya.

3. Penasihat asing di Danantara

BPI Danantara memperkenalkan keseluruhan tim pada Senin (24/3/2025). (IDN Times/Vadhia Lidyana)

Saat ditanya mengenai pakar dari luar negeri yang diangkat menjadi jajaran direksi, Mahathir mengatakan tidak masalah.

"Kadang-kadang kita perlu berada di area yang belum pernah kita alami, kita perlu mengakui bahwa kita tidak punya cukup pengetahuan dan meminjamnya dari orang asing," tuturnya.

Sejumlah nama dari luar negeri masuk dalam kepengurusan Danantara. Kebanyakan masuk dalam Dewan Penasihat, salah satunya adalah eks Perdana Menteri Thailand, Thaksin Shinawatra.

Banyaknya nama-nama asing ini kemudian menjadi polemik hangat dalam negeri. Termasuk masuknya nama Thaksin karena memiliki cukup banyak kontroversi.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sunariyah
EditorSunariyah
Follow Us