Platform E-commerce China Hentikan Refund Tanpa Pengembalian

- Platform e-commerce besar di China menghentikan kebijakan refund tanpa pengembalian untuk menyeimbangkan kepentingan pedagang dan konsumen.
- Keputusan ini diambil untuk meringankan beban finansial pedagang di tengah perlambatan ekonomi, sebagai respons terhadap protes pedagang.
- Penghentian kebijakan ini juga dapat menjadi bagian dari strategi untuk memperkuat ekosistem e-commerce dalam negeri akibat tekanan eksternal dan internal.
Jakarta, IDN Times - Platform e-commerce besar di China, seperti Pinduoduo, Taobao, dan JD.com, dikabarkan akan menghentikan kebijakan refund tanpa pengembalian, yang memungkinkan konsumen mendapatkan pengembalian dana tanpa mengembalikan barang. Kebijakan ini, yang sempat populer di kalangan konsumen, telah memicu protes dari pedagang karena dianggap merugikan, terutama saat ekonomi sedang lesu.
Langkah penghentian kebijakan tersebut mencerminkan upaya pemerintah China untuk menyeimbangkan kepentingan pedagang dan konsumen, sekaligus menjaga stabilitas sektor e-commerce yang menjadi tulang punggung ekonomi digital negara tersebut.
1. Tekanan ekonomi mendorong perubahan kebijakan
Keputusan ini diambil pada Rabu (23/4/2025), menyusul arahan dari otoritas China untuk meringankan beban finansial pedagang di tengah perlambatan ekonomi. Perlambatan ekonomi China, yang diperburuk oleh ketegangan perdagangan global dan penurunan daya beli konsumen, menjadi latar belakang utama keputusan ini.
Sumber yang mengetahui permasalahan ini mengungkapkan bahwa otoritas China meminta platform e-commerce menghentikan kebijakan refund tanpa pengembalian untuk mencegah kerugian lebih lanjut bagi pedagang kecil dan menengah.
"Kebijakan ini awalnya dirancang untuk meningkatkan kepercayaan konsumen, tetapi dalam kondisi ekonomi saat ini, pedagang kecil kesulitan bertahan jika terus menanggung biaya refund tanpa barang dikembalikan," kata seorang sumber.
Langkah ini juga dipandang sebagai respons terhadap protes pedagang, seperti yang terjadi pada Juli 2024, ketika ratusan orang berkumpul di kantor Temu, platform milik PDD, di China selatan untuk memprotes kebijakan serupa.
2. Dampak pada pedagang dan konsumen
Penghentian kebijakan ini diperkirakan akan memberikan kelegaan bagi pedagang, terutama mereka yang bergantung pada platform e-commerce untuk bertahan hidup. Namun, di sisi lain, konsumen mungkin akan kehilangan fleksibilitas yang selama ini mereka nikmati, yang dapat memengaruhi kepercayaan mereka terhadap platform tersebut.
"Sebagai pedagang kecil, kami sering merugi karena konsumen memanfaatkan kebijakan ini untuk mendapatkan refund tanpa alasan jelas. Perubahan ini memberi kami harapan untuk tetap beroperasi," ujar seorang pedagang di platform Taobao, dikutip dari MarketScreener.
Beberapa platform seperti JD.com dan Alibaba mulai mengkomunikasikan perubahan ini kepada pedagang, meski belum ada pernyataan resmi kepada publik. Namun, analis memperingatkan bahwa perubahan ini dapat memicu penurunan jumlah transaksi jika konsumen merasa kehilangan kemudahan berbelanja online.
3. Tantangan e-commerce di tengah perang dagang
Keputusan ini juga tidak terlepas dari tantangan eksternal, seperti eskalasi perang dagang antara China dan Amerika Serikat (AS). Pada Rabu (23/4/2025), laporan menyebutkan bahwa tarif impor AS yang melonjak hingga 125 persen telah memengaruhi ekspor China, mendorong platform e-commerce untuk lebih fokus pada pasar domestik. Penghentian kebijakan refund tanpa pengembalian dapat menjadi bagian dari strategi untuk memperkuat ekosistem e-commerce dalam negeri.
"Kami melihat platform e-commerce China berupaya menyesuaikan diri dengan tekanan eksternal dan internal. Langkah ini adalah kompromi untuk menjaga keberlanjutan bisnis," kata seorang analis ekonomi dari ING Bank, dilansir dari Reuters.
Meski demikian, platform seperti Pinduoduo dan Alibaba belum mengeluarkan pernyataan resmi, yang menimbulkan spekulasi tentang dampak jangka panjang terhadap daya saing mereka di pasar global.