Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

PLTU Batu Bara Bakal Lenyap dari Indonesia pada 2056

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan (Keuangan), Febrio Kacaribu. (IDN Times/Ridwan Aji Pitoko)

Jakarta, IDN Times - Transisi energi menjadi satu dari tiga fokus isu yang dibahas dalam Presidensi G20 Indonesia 2022. Indonesia sebagai tuan rumah pertemuan G20 telah berkomitmen untuk mencapai target nol emisi karbon atau net zero emission pada 2060 mendatang.

Oleh sebab itu, Indonesia menaruh perhatian cukup besar untuk mewujudkan komitmen tersebut. Namun, tantangan cukup besar dihadapi oleh Indonesia mengingat listrik di Indonesia masih sangat mengandalkan batu bara dari pembangkit listrik tenaga uap (PLTU).

"Untuk transisi energi, yang paling besar adalah listrik. listrik kita, energy mix kita sekarang 65 persen itu batu bara. Jelas ini paling polluting, tapi kita adalah produsen batu bara terbesar di dunia dan juga eksportir dan kita menikmati selama 2021. Commodity boom ini berkontribusi sangat besar bagi ekspor dan penerimaan serta konsumsi masyarakat," tutur Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Febrio Kacaribu dalam Seminar on Strategic Issue in G20: Exit Strategy and Scarring Effect, Kamis (17/2/2022).

1. Transisi jadi kunci penting

Ilustrasi tongkang angkut batu bara. IDN Times/Mela Hapsari

Atas kondisi tersebut, Febrio menjelaskan bahwa transisi menjadi kunci penting untuk bisa mencapai nol emisi karbon pada 2060 nanti. Transisi tersebut, kata Febrio, tidak terjadi dalam satu atau dua tahun melainkan dalam 20 hingga 30 tahun mendatang dan meski demikian, hal tersebut perlu dilakukan sedini mungkin.

"Saat ini kita sedang menyiapkan yang namanya energy transition mechanism yang akan menghubungkan antara pembangunan pembangkit listrik energi baru terbarukan (EBT) dengan phasing down coal. Kita tidak bisa hanya membangun pembangkit listrik EBT. Kita juga harus mulai phasing down coal, PLTU-nya," kata dia.

2. PLTU akan benar-benar hilang dari Indonesia 34 tahun lagi

Ilustrasi PLTU batu bara. (earth.com)

Febrio pun mengungkapkan skenario yang ada saat ini sebagai bagian dari upaya phasing down coal atau menghilangkan ketergantungan terhadap batu bara atau PLTU untuk kebutuhan listrik di Indonesia.

Dalam skenario tersebut, PLTU akan benar-benar menghilang dari Indonesia dalam kurun waktu 34 tahun lagi.

"Jadi itu adalah skenario di mana kita tidak akan membangun PLTU-PLTU baru. Menurut umur yang sudah ada sekarang dan sudah ada di pipeline, 2056 itu sudah tidak ada lagi PLTU batu bara. Berarti sebenarnya kita akan menuju net zero, menuju ke sana," ucap Febrio.

3. Pemerintah ingin masa pensiun PLTU lebih cepat

Instagram.com/pltutanjungjatib

Kendati demikian, Febrio mengakui bahwa pemerintah ingin masa pensiun PLTU batu bara itu terjadi lebih cepat sehingga tidak perlu menunggu hingga 2056.

Namun, pemerintah tetap memiliki pertimbangan sebelum bisa sepenuhnya beralih ke pembangkit listrik EBT.

"Kita ingin itu lebih cepat, jangan sampai harus menunggu 2056. Jadi kita ingin membangun pembangkit listrik EBT, tapi kita ingin pastikan supply dan demand listrik terjaga. Jangan sampai kita paksa PLN-nya untuk beli listrik dari pembangkit EBT, tapi ternyata demand terhadap listriknya belum naik, rugi PLN-nya. Kalau PLN rugi, akan rugi di BUMN, saya nggak mau karena at the end of the day saya harus jagain APBN," kata Febrio.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ridwan Aji Pitoko
EditorRidwan Aji Pitoko
Follow Us