Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Iwan Kurniawan Lukminto (ANTARA/I.C. Senjaya)

Iwan Kurniawan Lukminto adalah Direktur Utama PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex), perusahaan tekstil terbesar di Indonesia. Ia merupakan anak keempat dari pendiri Sritex, HM Lukminto. Dengan latar belakang pendidikan bisnis di luar negeri, Iwan telah berkarier di industri tekstil selama lebih dari dua dekade.

Namun, perjalanan bisnisnya mengalami tantangan besar setelah Sritex dinyatakan bangkrut pada Maret 2025. Bagaimana perjalanan bisnisnya bisa mencapai titik ini dan berapa aset harta kekayaan yang dimilikinya? Simak kisah selengkapnya dalam artikel berikut.

1. Profil singkat Iwan Kurniawan Lukminto

Iwan Kurniawan Lukminto (linkedin.com/iwan kurniawan lukminto)

Iwan Kurniawan Lukminto merupakan Direktur Utama PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex), salah satu perusahaan tekstil terbesar di Indonesia. Ia lahir di Surakarta, Jawa Tengah, pada 22 Januari 1983 dan merupakan anak keempat dari pendiri Sritex, HM Lukminto.

Iwan memiliki latar belakang pendidikan di bidang administrasi bisnis dengan menyelesaikan studinya di Boston University (2001), Northeastern University (2004), dan Johnson & Wales University (2005). Ia juga aktif dalam berbagai organisasi, seperti Ketua Apindo Surakarta (2018-2023) dan Ketua Asosiasi Perusahaan Sahabat Anak Indonesia sejak 2020. 

Dengan pengalaman lebih dari dua dekade di industri tekstil, Iwan memulai kariernya di Sritex sebagai Direktur Divisi Garment sebelum akhirnya menjadi Direktur Utama. Dedikasinya terhadap kesejahteraan karyawan dan anak-anak di perusahaan membuatnya dikenal sebagai pemimpin yang dicintai oleh para pekerjanya.

2. Kekayaan dan aset yang dimiliki Iwan Kurniawan Lukminto

Iwan Kurniawan Lukminto (Arina Zulfa Ul Haq/detikJateng)

Sebagai salah satu pengusaha sukses di Indonesia, Iwan Kurniawan Lukminto pernah masuk dalam daftar 50 orang terkaya di Indonesia versi Forbes pada 2020. Saat itu, kekayaannya mencapai sekitar 515 juta Dolar Amerika atau sekitar Rp8,1 triliun. Namun, pada tahun sebelumnya, jumlah kekayaannya lebih besar, yaitu sekitar 585 juta Dolar Amerika atau Rp9,2 triliun.

Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), Iwan memiliki saham di Sritex sebesar 0,52 persen dengan nilai sekitar Rp108 juta. Seiring dengan krisis keuangan yang melanda Sritex, kekayaannya mengalami penurunan drastis hingga namanya tidak lagi tercatat dalam daftar orang terkaya Indonesia. Selain itu, keluarga Lukminto memiliki sejumlah aset di berbagai sektor, termasuk:

Bisnis tekstil: Sritex merupakan perusahaan tekstil besar yang memproduksi kain untuk merek ternama seperti Uniqlo dan Zara.

  • Gedung Olahraga (GOR) Sritex: Tempat ini digunakan untuk berbagai kegiatan olahraga dan acara besar di Solo.
  • Hotel: Keluarga Lukminto memiliki beberapa hotel di Solo, Yogyakarta, dan Bali melalui PT Wisma Utama Binaloka.
  • Museum Tumurun: Museum pribadi di Surakarta yang memamerkan koleksi seni dan mobil antik.
  • Industri kertas: Melalui PT Sriwahana Adityakarta Tbk (SWAT), mereka juga terlibat dalam produksi kertas.
  • Investasi dan perdagangan grosir: Perusahaan Golden Legacy Pte Ltd dan Golden Mountain Textile, Trading Pte Ltd di Singapura merupakan bagian dari investasi keluarga ini.

3. Kejatuhan Sritex dan dampaknya bagi karyawan

Iwan Kurniawan Lukminto (instagram.com/@ik.lukminto)

Pada 1 Maret 2025, Sritex resmi menghentikan seluruh operasionalnya setelah Mahkamah Agung menolak kasasi yang diajukan perusahaan. Status kepailitan semakin menguat, sehingga perusahaan tidak lagi mampu melanjutkan produksi. Akibatnya, lebih dari 10.965 pekerja kehilangan pekerjaan.

Faktor utama kebangkrutan Sritex adalah tekanan ekonomi global dan utang perusahaan yang mencapai Rp26,2 triliun. Selain itu, Sritex mengalami kesulitan dalam membeli bahan baku dan menjual produknya. Dengan kondisi keuangan yang memburuk, perusahaan tidak dapat lagi bertahan dan akhirnya dinyatakan bangkrut.

4. Langkah penyelesaian dan masa depan Iwan Kurniawan Lukminto

Iwan Kurniawan Lukminto (kompas.com//LABIB ZAMANI)

Sebagai langkah penyelesaian kepailitan, seluruh aset Sritex dijual untuk melunasi utang perusahaan. Proses pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap ribuan karyawan juga dilakukan dengan mempertimbangkan hak-hak mereka. Pencairan Jaminan Hari Tua (JHT) menjadi salah satu bentuk kompensasi yang diberikan.

Sementara itu, masa depan Iwan Kurniawan Lukminto sebagai pengusaha masih menjadi tanda tanya. Dengan jatuhnya Sritex, ia harus mencari strategi baru untuk tetap bertahan di dunia bisnis. Mengingat pengalaman dan jaringan yang dimilikinya, ada kemungkinan Iwan akan kembali membangun bisnis baru atau beralih ke sektor lain yang lebih stabil.

Kisah Iwan Kurniawan Lukminto dan Sritex menjadi pelajaran berharga tentang dinamika dunia bisnis. Kejatuhan satu perusahaan besar bukanlah akhir segalanya, tetapi awal dari perjalanan baru yang penuh tantangan dan peluang.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team