Sri Mulyani: Perempuan di Perusahaan Bikin Keputusan Lebih Berkualitas
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan pentingnya peranan perempuan di dalam sebuah perusahaan atau pemerintahan suatu negara, terutama dalam hal pembuatan keputusan.
Dalam konteks perusahaan misalnya, peranan dan porsi perempuan di dalam dewan direksi atau dewan komisioner bukan hanya menciptakan keberagaman atau diversity, melainkan menambah kualitas dalam membuat keputusan.
"Perspektif dan suara dari perempuan di dalam pengambilan keputusan diharapkan memberikan dimensi lengkap karena pada dasarnya manusia diciptakan laki-laki dan perempuan sehingga tiap keputusan harus memasukkan aspek gender ini secara seimbang sehingga juga bisa menimbulkan dampak yang baik, adil, dan tentu jauh berkualitas," tutur Sri Mulyani dalam Capital Market Women Empowerment Forum, Rabu (22/12/2021).
Baca Juga: Penerimaan Pajak Tumbuh Positif, Sri Mulyani Happy Banget!
1. Negara yang dipimpin perempuan kondisinya lebih saat pandemik
Sementara itu dari sisi tata kelola negara, Sri Mulyani memaparkan bahwa negara-negara yang dipimpin oleh perempuan terbukti memiliki kondisi lebih baik ketika pandemik COVID-19. Pernyataan tersebut disampaikan Sri Mulyani dengan mengutip hasil riset dari University of Liverpool dan University of Reading.
"Ini tentu memberikan tambahan perspektif karena sensitivitas terhadap policy quality dengan memperhatikan pentingnya perempuan di dalam konteks yang tidak sama akibat COVID-19 tentu menyebabkan kualitas kebijakannya menjadi jauh lebih komprehensif, jauh lebih memiliki afirmasi sehingga dampaknya atau hasil dari kebijakan jadi lebih baik," kata dia.
Baca Juga: Perempuan-Perempuan Tangguh di Balik Sumpah Pemuda
2. Gender gap masih terpampang jelas
Kendati begitu, Sri Mulyani masih menyoroti gender gap yang terjadi di dunia kerja sampai saat ini. Berbagai laporan institusi keuangan dunia menunjukkan hal tersebut. Salah satunya adalah laporan OECD pada 2020 lalu yang menunjukkan gender gap dari jumlah gaji untuk perempuan dan laki-laki.
"Salah satu riset yang dilakukan OECD pada 2020 mengenai masalah equality ini menunjuukan gender gap itu masih terjadi dan itu terlihat dari sisi gaji atau upah yang diterima. Biasanya perempuan pada level yang sama posisinya, gaji dan upahnya lebih rendha dibandingkan laki-laki," ucap Sri Mulyani.
Baca Juga: Sri Mulyani Curhat Pusingnya Jadi Orang Indonesia
3. Butuh waktu hampir seabad untuk menutup gender gap
Saking lebarnya gap antara laki-laki dan perempuan dalam sektor perekonomian, World Economic Forum (WEF) memprediksi ketidaksetaraan yang timbul antara laki-laki dan perempuan baru bisa tertutup atau teratasi dalam kurun waktu hampir seabad. Sebab, perempuan masih tertinggal di dalam partisipasinya di perekonomian dan juga dari sisi politik.
"Dalam World Economic Forum, Global Gender Gap Report tahun 2020 yang lalu terjadinya inequality secara gender ini hanya bisa ditutup dalam jangka waktu 99,5 tahun. Jadi membutuhkan periode hampir 100 tahun untuk bisa menutup gender gap," ujar Sri Mulyani.