Rupiah di Level Rp16 Ribu, Indef: Ganggu Rencana Bisnis Dunia Usaha

Jakarta, IDN Times - Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) meminta pemerintahan Presiden Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka untuk melakukan strategi untuk memperkuat rupiah. Kondisi rupiah hingga saat ini sudah memberikan tantangan bagi sektor dunia usaha.
"Persoalan yang dihadapi rupiah bukan hanya temporal tapi juga fundamental. Ini harus segera diatasi oleh pemerintahan Prabowo Subianto agar rupiah lebih strong," tegas Peneliti Center of Macroeconomics and Finance, Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Abdul Manap Pulungan dalam diskusi, Rabu (29/1/2025).
1. Kinerja rupiah yang fluktuatif ganggu rencana bisnis industri

Menurutnya, jika laju nilai tukar rupiah terus menunjukkan kondisi fluktuatif maka rencana bisnis di dunia usaha atau industri pun akan terganggu. Terlebih untuk industri yang bahan bakunya harus diimpor.
"Kondisi rupiah yang fluktuatif menganggu rencana bisnis industri, terutama karena mereka harus mengimpor bahan baku terutama dari bahan setengah jadi. Kalau nilai tukar terus terdepresiasi maka itu akan membawa kerugian bagi pelaku usaha," tegasnya.
2. Tantangan berat untuk dorong penguatan rupiah

Ia menyebut laju nilai tukar di sepanjang 2024 pun sudah melewati batas dari target asumsi makro yang dipatok Rp15 ribu per dolar AS dengan realisasi Rp16.200 per dolar AS.
Kondisi rupiah pun dinilainya menjadi tantangan ke depan. Oleh karena itu, ia meminta Bank Indonesia untuk menstabilkan rupiah.
"Saat 2009 dan 2019 itu, laju rupiahnya relatif lebih kuat antara realisasi dan target ini cukup baik namun 2024 itu sangat berat dengan margin yang sangat tinggi antara target dan realisasi nilai tukar," ungkap Pulungan.
3. Kinerja rupiah di awal tahun kuang ideal

Analis kebijakan ekonomi Asoisasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Ajib Hamdani, mengatakan laju rupiah yang hampir menyentuh angka Rp16.400 per dolar AS pada awal tahun, kurang ideal dengan target dalam kerangka ekonomi makro 2025 yakni sebesar Rp16 ribu per dolar AS.
Ia menjelaskan, pelemahan nilai tukar rupiah ini akan memberikan imbas terhadap sektor private maupun terhadap keuangan negara.
"Di sektor private, hal ini akan berpengaruh terhadap barang-barang dan bahan baku impor. Potensi kenaikan harga ini akan memberikan dampak mengeskalasi inflasi dan pengurangan daya beli masyarakat," kata Ajib dalam keterangannya, Senin (27/1/2025).
Sementara itu, dampak dari pelemahan rupiah bagi keuangan negara berkaitan dengan beban utang yang sebagian besar dalam bentuk mata uang asing, sehingga akan diperlukan penyesuaian atau koreksi atas hutang dan bunga yang jatuh tempo.