Indef Minta Pemerintah Perbaiki Daya Beli dalam 100 Hari Kerja

- Wakil Direktur INDEF meminta pemerintahan Prabowo menggenjot daya beli dalam 100 hari pertama untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 8 persen.
- Kontribusi konsumsi rumah tangga terhadap pertumbuhan ekonomi mencapai 53,08 persen, menunjukkan pentingnya daya beli masyarakat dalam sektor konsumsi.
- Kekhawatiran terkait tren melemahnya daya beli masyarakat, terutama pada kelompok kelas menengah, disebabkan oleh tingginya harga pangan dan risiko inflasi. Mantan Mendag menegaskan menjaga daya beli sebagai upaya penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Jakarta, IDN Times - Wakil Direktur INDEF Eko Listiyanto meminta, pemerintahan Presiden Prabowo Subianto menggenjot daya beli dalam 100 hari pertama pemerintahan untuk menggenjot target pertumbuhan ekonomi 8 persen.
Ia menjelaskan, daya beli masyarakat yang saat ini masih tertekan. Ini tercermin dari angka pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada kuartal III mencapai 4,91 persen. Pertumbuhan ini melambat jika dibandingkan kuartal II-2024 yang sebesar 4,93 persen.
"Jika dalam 100 hari pertama pemerintahan ini tidak bisa membangkitkan daya beli, kita harus melupakan ambisi pertumbuhan ekonomi 8 persen," tegasnya dalam diskusi, Senin (18/11/2024).
1. Peran besar konsumsi rumah tangga ke ekonomi

Daya beli merupakan indikator penting dalam sektor konsumsi rumah tangga terutama terhadap kontribusinya bagi pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan data BPS, kontribusi konsumsi rumah tangga di kuartal II mencapai 53,08 persen.
"Lebih dari separuh perekonomian Indonesia itu sebetulnya faktor penentunya ada di konsumsi, di daya beli masyarakat," tegas Eko.
2. Tingginya harga pangan jadi faktor bebani daya beli

Sebelumnya, Wakil Ketua DEN, Mari Elka Pangestu menyampaikan kekhawatiran terkait daya beli masyarakat yang menunjukkan tren melemah, terutama pada kelompok kelas menengah.
Dia menjelaskan tingginya harga pangan menjadi salah satu faktor yang turut membebani daya beli.
Selain itu, dia juga mengingatkan akan risiko inflasi yang dapat meningkat seiring potensi kenaikan harga minyak dunia, yang berpotensi menambah tekanan terhadap kondisi ekonomi masyarakat menengah.
"Saya rasa sekarang kita tidak bisa hanya lihat kepada masyarakat miskin berpendapatan rendah, tapi juga yang rentan miskin dan yang kelas menengah karena ini semua juga ada dampaknya juga," ujarnya.
3. Prioritas kebijakan yang harus diambil jaga daya beli

Mantan Menteri Perdagangan (Mendag) itu menegaskan menjaga daya beli masyarakat menjadi salah satu upaya penting dalam mempertahankan dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Menurut dia, pada prinsipnya, peningkatan pertumbuhan ekonomi seharusnya berdampak positif pada lapangan pekerjaan dan pendapatan masyarakat.
Namun, dalam situasi saat ini, prioritas kebijakan yang diambil adalah menjaga stabilitas daya beli untuk menjaga pertumbuhan ekonomi.
"Sementara ini kita harus menjaga pertumbuhan (ekonomi) dengan menjaga daya beli," paparnya.