Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Rupiah Menguat, Aliran Modal Asing Semakin Deras

Ilustrasi Rupiah (ANTARA FOTO/Rahmad)

Jakarta, IDN Times - Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan aliran modal asing kian membanjir. Hal itu seiring dengan kepercayaan investor asing terhadap kondisi perekonomian Indonesia.

"Ini terbukti dari aliran modal asing yang masuk, khususnya ke SBN. Sejak minggu kedua bulan Mei, terus terjadi (kenaikan) kalau kita lihat data mingguannya. Pada Mei minggu kedua itu net SBN Rp2,97 triliun, minggu ketiga Mei Rp6,15 triliun, minggu keempat Rp2,5 triliun, dan minggu pertama Juni Rp7,01 triliun. Ini menunjukkan aliran modal asing membaik," ungkap Perry dalam konferensi pers virtual, Jumat (5/6).

1. Cadangan devisa turut meningkat

ilustrasi. IDN Times/Ita Malau

Perry menilai cadangan devisa turut meningkat. Hal itu seiring nilai tukar rupiah terhadap dolar yang terus menguat, mekanisme pasar yang berjalan, kebutuhan intervensi yang berkurang, dan besarnya aliran modal asing yang masuk.

"Tunggu Senin depan akan kami rilis publikasinya. Saya bisa sampaikan angkanya lebih tinggi dari posisi akhir bulan lalu," kata Perry.

2. Rupiah diprediksi bakal terus menguat

Ilustrasi. (ANTARA FOTO/Rahmad)

Selain itu, kata Perry, nilai tukar rupiah terhadap dolar diprediksi bakal terus menguat. Bahkan, rupiah telah menembus di bawah level psikologis Rp14.000 per dolar AS. Pada sore ini, rupiah ditutup menguat 217 poin atau 1,54 persen menjadi Rp13.878 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.095 per dolar AS.

"Nilai tukar rupiah alhamdulillah sore ini tembus di bawah Rp14.000, ini adalah rahmat Allah SWT. Terus menunjukkan penguatan sejalan pandangan-pandangan kami bahwa nilai tukar untuk hari ini pun masih kami pandang undervalue, sehingga ke depan masih berpotensi menguat," ungkapnya.

3. Penguatan rupiah dipengaruhi inflasi, defisit transaksi berjalan, dan suku bunga

Ilustrasi rupiah (IDN Times/Hana Adi Perdana)

Perry menjelaskan, rupiah masih undervalue karena rendahnya inflasi dan defisit transaksi berjalan. Selain itu, penguatan rupiah juga dipengaruhi perbedaan suku bunga luar dan dalam negeri tinggi.

"Interest rate differential itu kalau suku bunga SBN kita 7,06 persen untuk 10 tahun, sementara suku bunga US treasury bond 0,8 persen. Artinya, ada perbedaan 6,2 persen, itu tinggi dan sebagai salah satu imbal hasil investasi aset keuangan Indonesia, khususnya SBN masih tinggi. Itu indikator salah satunya," terang Perry.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Indiana Malia
EditorIndiana Malia
Follow Us