Pendapatan Rusia dari Ekspor Gas Alam Menurun 3 Tahun Berturut-Turut

- Pendapatan Rusia dari ekspor gas alam turun 4 persen dibandingkan tahun lalu.
- China masih menjadi konsumen terbesar gas alam Rusia dengan harga khusus diskon 40 persen.
- Rusia gagal mengekspansi produksi LNG karena sanksi Barat yang membatasi akses pendanaan dan peralatan.
Jakarta, IDN Times - Pendapatan Federal Rusia dari ekspor gas alam mengalami penurunan pada 3 tahun berturut-turut. Kondisi ini didorong oleh suplai gas alam dari Gazprom ke negara-negara Eropa yang mencapai titik terendah selama lebih dari 50 tahun.
Pekan lalu, harga minyak mentah Rusia mengalami penurunan ke angka terendah imbas saksi dari Amerika Serikat (AS). Dengan ini, harga minyak mentah Ural asal Rusia hanya mencapai 34,52 dolar AS (Rp571 ribu) per barrel.
1. Pendapatan Rusia dari ekspor gas alam hanya mencapai Rp88,9 triliun

Pada periode Januari hingga November 2025, Rusia baru mendapatkan 420 miliar ruble (Rp88,9 triliun) dari ekspor gas alam. Pada akhir 2025, diperkirakan Rusia akan memperoleh 479 miliar ruble (Rp99,5 triliun) dari ekspor gas alam.
Dilansir The Moscow Times, terdapat penutunan 20 miliar ruble (Rp4,2 triliun) atau turun 4 persen dibandingkan tahun lalu. Sementara, pendapatan dari sektor gas alam turun 17 persen dibandingkan total pendapatan 2023 yang mencapai 96 miliar ruble (Rp20 triliun).
Angka ini disebut akan menjadi pendapatan terendah Rusia dari sektor gas alam sejak pandemik COVID-19 pada 2020. Saat itu, ekspor gas alam Rusia hanya mencapai total 439,1 miliar ruble (Rp92,9 triliun).
2. China masih jadi konsumen terbesar gas alam Rusia

Pada tahun ini, China masih menjadi konsumen terbesar gas alam Rusia. Pengiriman gas alam itu dilakukan melalui pipa gas alam Siberia yang mencapai 38,6-38,7 miliar meter kubik pada 2025.
Penjualan gas alam Rusia ke China mendapatkan harga khusus dengan diskon yang mencapai 40 persen dibandingkan gas alam yang dijual ke Eropa. Gas alam yang dijual ke China hanya sebesar 248 dolar AS (Rp4,1 juta) per meter kubik, sedangkan gas yang dijual ke Eropa mencapai 401 dolar AS (Rp6,7 juta)per meter kubik.
Sementara itu, ekspor gas alam Rusia ke Eropa mengalami penurunan hingga 45 persen pada tahun lalu dan mencapai yang terendah sejak awal 1970-an. Penurunan ini disebabkan oleh penangguhan transit pengiriman gas alam lewat Ukraina.
3. Rusia sebut rencana ekspansi LNG gagal gegara sanksi Barat

Wakil Perdana Menteri Rusia, Alexander Novak mengatakan bahwa sanksi yang diterapkan Barat telah menghalangi rencana untuk mengekspansi produksi 100 juta ton liquefied natural gas (LNG) per tahun. Rencana ini bertujuan untuk mengamankan 20 persen dari pasokan LNG global pada 2030.
Dilansir United24, sanksi dari Amerika Serikat (AS) dan sekutu Barat lainnya telah membatasi Rusia mendapatkan akses pendanaan dan peralatan. Selain itu, sanksi Barat telah membuat pangsa pasar LNG Rusia terbatas.
Kini, Rusia menjadi pemasok LNG terbesar kedua di China di bawah Qatar. Namun, Rusia berhasil melampaui Australia sebagai penyuplai LNG terbesar kedua di negara Asia Timur tersebut pada November 2025.


















