Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Sentimen Saham Pekan Ini: Tarif Trump hingga Ekonomi AS

Pengunjung berjalan didekat layar digital yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (8/4/2025). (ANTARA FOTO/Bayu Pratama S)
Pengunjung berjalan didekat layar digital yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (8/4/2025). (ANTARA FOTO/Bayu Pratama S)
Intinya sih...
  • PT Indo Premier Sekuritas memprediksi IHSG akan cenderung menguat pada pekan perdagangan 2-5 Juni 2025, dengan rentang support 7.140 dan resistance 7.320.
  • Pasar mencermati perkembangan global terkait kebijakan tarif dari Presiden AS Donald Trump setelah mayoritas tarifnya dinyatakan ilegal oleh Pengadilan Perdagangan Internasional AS.

Jakarta, IDN Times - PT Indo Premier Sekuritas memprediksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan bergerak bervariasi cenderung menguat pada pekan perdagangan 2-5 Juni 2025, dengan rentang support 7.140 dan resistance 7.320.

Retail Equity Analyst IPOT, Indri Liftiany Travelin Yunus menjelaskan prediksi tersebut muncul di tengah sikap hati-hati pelaku pasar akibat pekan perdagangan yang lebih singkat karena libur Hari Raya Idul Adha.

Selain itu, pasar juga mencermati perkembangan global, termasuk keputusan final terkait kebijakan tarif dari Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump setelah mayoritas tarifnya dinyatakan ilegal oleh Pengadilan Perdagangan Internasional AS.

"Para pelaku pasar juga menanti serangkaian data ekonomi terutama Non-Farm Payrolls sebagai salah satu indikator utama untuk The Fed membuat kebijakan selanjutnya," kata dia dalam keterangannya, Senin (2/6/2025).

1. Sentimen kunci pekan ini

Seorang pria memantau pergerakan saham melalui gawainya di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (21/2/2025). (ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay)
Seorang pria memantau pergerakan saham melalui gawainya di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (21/2/2025). (ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay)

Indo Premier memetakan sejumlah peristiwa penting yang berpotensi mempengaruhi perdagangan 2-5 Juni 2025, di antaranya:

Peristiwa global

  • Mahkamah Perdagangan Internasional AS memblokir tarif impor Donald Trump.
  • Trump mempertimbangkan tarif sementara 15 persen untuk sebagian besar ekonomi global selama 150 hari.
  • Trump berencana menaikkan tarif baja dan aluminium menjadi 50 persen.
  • Elon Musk mundur dari posisi penasihat senior Gedung Putih.
  • Isu pengunduran diri Ray Dalio sebagai penasihat Danantara.

Sentimen global

  • Indeks S&P Global Manufacturing PMI AS Mei diprediksi naik ke 52,3.
  • JOLTs Job Openings AS Mei diperkirakan turun ke 7,05 juta.
  • Initial Jobless Claims AS minggu ketiga Mei diprediksi turun ke 235 ribu.
  • Non-Farm Payrolls AS Mei diperkirakan turun ke 130 ribu.

Sentimen domestik

  • S&P Global Manufacturing PMI Indonesia Mei diprediksi naik ke 48,3.
  • Neraca dagang April diperkirakan surplus 2,75 miliar dolar AS.
  • Disinflasi Indonesia diprediksi mencapai 1,9 persen.

2. Saham dan reksa dana yang direkomendasikan

Jurnalis mengambil gambar layar digital yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (8/4/2025). (ANTARA FOTO/Bayu Pratama S)
Jurnalis mengambil gambar layar digital yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (8/4/2025). (ANTARA FOTO/Bayu Pratama S)

Indo Premier memberikan rekomendasi untuk pekan ini dengan memanfaatkan Booster Modal dan strategi breakout, khusus bagi swing trader maupun investor reksa dana.

Saham ANTM direkomendasikan beli di harga 3.110 dengan target 3.330 (7,07 persen) dan stop loss di 3.030 (-2,57 persen), karena masih berada dalam tren naik kuat di atas garis EMA 5, didukung net buy asing Rp233 miliar pekan lalu dan volume pembelian yang tetap tinggi.

Saham BRMS direkomendasikan buy on breakout di harga 370, dengan target 408 (10,27 persen) dan stop loss di 350 (-5,41 persen). BRMS saat ini dinilai berada di area konsolidasi kuat, dengan candlestick di atas EMA 5, volume transaksi sangat tinggi, dan stochastic oscillator di level 60.

Sementara itu, saham BRIS juga direkomendasikan buy on breakout di harga 3.040 dengan target 3.350 (10,20 persen) dan stop loss di 2.870 (-5,59 persen) karena tengah mencoba breakout di level 3.040 dengan volume transaksi yang masih tinggi, serta mencatatkan net buy asing Rp232,7 miliar pekan lalu.

Selain saham, Indo Premier juga merekomendasikan pengoleksian Reksa Dana Saham Premier ETF Indonesia State-Owned Companies (XISC), karena secara teknikal, IDXBUMN menunjukkan performa menarik dengan terjadinya golden cross pada EMA 5 dan EMA 50 yang mengonfirmasi pergerakan menuju tren naik.

3. Pergerakan IHSG dan sentimen pekan lalu

Layar digital menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (8/4/2025). (ANTARA FOTO/Bayu Pratama S)
Layar digital menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (8/4/2025). (ANTARA FOTO/Bayu Pratama S)

Sepanjang pekan lalu, IHSG tercatat melemah terbatas sebesar 0,53 perseb, turun dari level 7.231 ke 7.175. Meski melemah, investor asing mencatatkan net buy senilai Rp149,3 miliar di pasar reguler.

Dari sisi sektor, terdapat lima sektor yang mengalami penguatan, sementara sektor lain mencatatkan penurunan. Sektor healthcare menjadi penopang utama dengan kenaikan 1,95 persen, dipicu antisipasi pasar terhadap potensi meningkatnya kembali kasus Covid-19.

Sebaliknya, sektor technology menjadi pemberat utama setelah turun 1,97 persen, tertekan oleh penurunan saham GOTO yang anjlok lebih dari 11 persen.

Pada perdagangan yang hanya berlangsung tiga hari, 26-28 Mei 2025 karena libur dan cuti bersama Hari Kenaikan Yesus Kristus, sejumlah sentimen mempengaruhi pergerakan pasar, di antaranya penundaan Trump dalam menetapkan tarif 50 persen atas barang-barang dari Uni Eropa hingga 9 Juli 2025.

Sentimen lainnya adalah risalah FOMC yang menyatakan The Fed tetap dalam pola wait and see, sentimen konsumen Amerika Serikat yang berada di level 52,2, serta keputusan Trump menghentikan sementara pengajuan visa pertukaran pelajar dan pengunjung dengan kategori visa F, M, dan J.

"Berdasarkan sentimen tersebut, ditambah lagi dengan waktu perdagangan yang relatif sempit (hanya 3 hari perdagangan), membuat para pelaku pasar berhati-hati cenderung wait and-see sebab kemungkinan akan terjadinya hal-hal di luar perkiraan sepanjang long-weekend sangat besar," ujar Indri.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Jujuk Ernawati
EditorJujuk Ernawati
Follow Us