Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Server AWS Ngadat, Internet Dunia Langsung Koma

Logo Amazon Web Web Service (Tony Webster from Minneapolis, Minnesota, United States, CC BY 2.0, via Wikimedia Commons)
Logo Amazon Web Web Service (Tony Webster from Minneapolis, Minnesota, United States, CC BY 2.0, via Wikimedia Commons)
Intinya sih...
  • Gangguan AWS melumpuhkan ribuan aplikasi dan layanan global, termasuk media sosial, situs besar, dan sektor transportasi serta bisnis.
  • Ketergantungan masyarakat global pada AWS mengungkap risiko sistem digital global yang runtuh ketika satu penyedia layanan mati.
  • CEO Catchpoint memperkirakan kerugian finansial akibat gangguan ini bisa mencapai ratusan miliar dolar karena operasional bisnis terhenti.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN TimesAmazon Web Services (AWS), penyedia utama komputasi awan dunia, mengalami gangguan besar pada Senin (20/10/2025) pukul 03.11 Waktu Timur (ET), yang melumpuhkan berbagai layanan daring di seluruh dunia. Platform seperti Zoom, Roblox, Fortnite, Duolingo, Canva, Wordle, Signal, Coinbase, dan Robinhood menjadi korban utama dalam insiden ini. Masalah tersebut berasal dari kerusakan jaringan internal Elastic Compute Cloud (EC2) di pusat data AWS wilayah U.S.-East-1, Virginia utara.

AWS memastikan bahwa gangguan itu tidak terkait dengan serangan siber dan berfokus memulihkan sistem yang terdampak. Melalui laman status resminya, AWS melaporkan proses pemulihan sedang berlangsung, meskipun sebagian pengguna masih mengalami kendala koneksi. Pada pukul 06.35 ET, gangguan utama pada basis data berhasil diatasi, tetapi beberapa penundaan tetap terjadi karena permintaan aktivitas baru dibatasi agar pemulihan berjalan penuh.

1. Gangguan berdampak pada ribuan aplikasi dan layanan global

ilustrasi aplikasi mengalami gangguan
ilustrasi aplikasi mengalami gangguan (pexels.com/Polina Zimmerman)

Situs pelacak gangguan internet Downdetector mencatat lebih dari 11 juta laporan masalah koneksi di seluruh dunia akibat insiden AWS ini. Lebih dari 1.000 situs dan aplikasi terdampak, termasuk Snapchat, aplikasi McDonald’s, kamera pintu Ring milik Amazon, serta situs Medicare Amerika Serikat (AS) untuk pendaftaran asuransi kesehatan. Media sosial dipenuhi keluhan dari pengguna yang tak bisa mengakses layanan Amazon seperti Prime Video, Alexa, dan Kindle. Beberapa media besar, termasuk Disney dan The New York Times, ikut terganggu, sementara Associated Press terpaksa beralih ke sistem cadangan untuk tetap menyiarkan berita, dilansir dari NBC News.

Gangguan juga melanda sektor transportasi dan bisnis. United Airlines, T-Mobile, Starbucks, Delta, serta situs pajak pemerintah Inggris mengalami kendala operasional. Ribuan pengguna di AS melaporkan tidak dapat menggunakan aplikasi Lyft, saingan Uber, selama beberapa jam. Situasi ini memperlihatkan besarnya ketergantungan masyarakat global terhadap infrastruktur AWS dalam aktivitas sehari-hari, mulai dari memesan makanan hingga mengakses layanan pemerintahan.

2. Ketergantungan pada AWS ungkap risiko sistem global

Logo Amazon (unsplash.com/Rounds Icons)
Logo Amazon (unsplash.com/Rounds Icons)

AWS saat ini menguasai sekitar 30 persen pangsa pasar komputasi awan dunia, mengungguli Microsoft (20 persen) dan Google (13 persen). Dominasi ini membuat gangguan tunggal berdampak luas terhadap kehidupan digital global. Dalam kejadian kali ini, bahkan sistem dukungan pelanggan AWS ikut offline, menyebabkan banyak pengguna tidak bisa melaporkan masalah secara langsung.

Corinne Cath-Speth dari Article 19, organisasi yang memperjuangkan kebebasan berekspresi, menyoroti dampak besar dari insiden ini.

“Ketika satu penyedia layanan mati, layanan kritis ikut offline – media menjadi tidak dapat diakses, aplikasi komunikasi aman seperti Signal berhenti berfungsi,” ujarnya dikutip dari Al Jazeera.

Ia menilai kejadian ini mencerminkan kerentanan mendasar dari sistem digital yang menopang masyarakat modern.

“Infrastruktur yang melayani masyarakat digital kita runtuh,” tambahnya.

Cath-Speth menyerukan agar negara dan sektor swasta mulai mendiversifikasi penyedia layanan cloud untuk mengurangi risiko serupa di masa depan.

3. Kerugian ekonomi dan tantangan keandalan layanan AWS

ilustrasi analisis keuangan (pexels.com/Lukas)
ilustrasi analisis keuangan (pexels.com/Lukas)

CEO Catchpoint, Mehdi Daoudi, menilai gangguan ini memberikan pukulan besar bagi dunia bisnis.

“Insiden ini menyoroti kerumitan dan kerapuhan internet, serta seberapa besar setiap aspek pekerjaan kita bergantung pada internet untuk berfungsi,” katanya kepada CNN.

Ia menekankan bahwa dampak finansial dari gangguan tersebut bisa mencapai ratusan miliar dolar karena operasional bisnis terhenti.

AWS, yang membukukan pendapatan sebesar 107 miliar dolar AS (setara Rp1,77 kuadriliun) pada 2024, tercatat pernah mengalami gangguan serupa pada 2021 dan 2023. Kala itu, jutaan pengguna tidak dapat mengakses reservasi penerbangan dan layanan pembayaran daring. Insiden berulang ini menunjukkan betapa sulitnya menjaga keandalan infrastruktur digital raksasa di tengah meningkatnya ketergantungan dunia pada layanan komputasi awan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us

Latest in Business

See More

Apa Itu Modal? Pengertian, Sejarah, Jenis, dan Manfaatnya

21 Okt 2025, 21:27 WIBBusiness