Setoran Dividen BUMN Beralih ke Danantara, Kinerja PNBP Lesu

- Realisasi PNBP KND kuartal I hanya Rp10,88 triliun, turun 12,1% dari target APBN 2025.
- Setoran dividen BUMN ke BPI Danantara menyebabkan penurunan penerimaan negara bukan pajak.
- Peningkatan signifikan setoran dividen BUMN dalam tiga tahun terakhir, mencapai Rp86 triliun pada 2024.
Jakarta, IDN Times - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mengakui merosotnya penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dari Kekayaan Negara Dipisahkan (KND) pada kuartal I disebabkan oleh pengalihan penerimaan negara yang berasal dari dividen Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ke Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara untuk dikelola.
Adapun realisasi PNBP dari KND pada kuartal I hanya sebesar Rp10,88 triliun atau menurun dibandingkan periode yang sama pada 2024, di angka Rp42,89 triliun. Realisasi ini baru mencapai 12,1 persen dari target APBN 2025 yang sebesar Rp90 triliun.
"Sampai dengan Maret 2025, tidak terdapat tambahan setoran PNBP KND. Mengingat telah ditetapkannya UU Nomor 1 Tahun 2025, maka setoran dividen BUMN berpindah ke BPI Danantara," ujar Plh Direktur Jenderal Anggaran Kemenkeu, Suahasil Nazara, dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi XI di Gedung DPR RI, Jakarta, Kamis (8/5/2025).
1. Setoran dividen PNBP sudah beralih ke Danantara di kuartal I

Bila dirinci pada Januari lalu, setoran dividen interim berasal dari PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI untuk tahun buku 2024. Setelahnya, tidak ada lagi tambahan setoran PNBP KND.
Dibandingkan pada kuartal I 2024, Kemenkeu menerima banyak setoran dividen dari berbagai BUMN, terutama dari sektor perbankan. Namun, pada Maret 2024, setoran dividen yang diterima mencapai Rp36,1 triliun.
"Kalau kita bandingkan dengan tahun lalu, BUMN perbankan banyak membayarkan dividen interim, mencapai Rp36,1 triliun. Sehingga, pada Januari sampai Maret 2024 penerimaan dividen dari BUMN sudah mencapai Rp42,9 triliun," kata Suahasil.
2. Setoran PNBP KND alami peningkatan sejak 2023

Suahasil menyebutkan, PNBP KND dari dividen BUMN mengalami peningkatan yang signifikan dalam tiga tahun terakhir, yakni pada 2023 dengan realisasinya mencapai Rp82 triliun dan 2024 sebesar Rp86 triliun.
"Jadi, ini tinggi sekali. Sebelumnya, itu levelnya Rp40 triliun sekitar itu. Nah, di 2025 setidaknya Rp90 triliun ini adalah target APBN," jelasnya.
3. Setoran PNBP pada kuartal I susut 26,03 persen

Setoran PNBP KND yang berasil ke Danantara pun berdampak pada setoran PNBP pada kuartal I 2025 turun 26,03 persen secara tahunan (yoy) menjadi Rp115,9 triliun. Realisasi tersebut baru mencapai 22,6 persen dari target APBN 2025 yang sebesar Rp513,6 triliun.
Suahasil menjelaskan, secara rinci PNBP terdiri dari lima komponen. Pertama, PNBP SDA migas saat ini telah dikumpulkan Rp24,9 triliun. Kemudian setoran dari PNBP SDA nonmigas yang mencakup sektor mineral dan batu bara (minerba), kehutanan, perikanan, dan panas bumi mencapai Rp25,732 triliun.
PNBP kekayaan negara yang dipisahkan (KND) yang merupakan dividen (BUMN) mencapai Rp10,9 triliun, PNBP lainnya Rp37,2 triliun, serta BLU Rp17,1 triliun.
"Kalau kita lihat empat komponen selain KND, rata-rata sudah di atas 20 persen dari target dan ini cukup baik, bahkan PNBP lainnya itu sudah hampir 30 persen dari target. Jadi kalau kita lihat hingga kuartal I atau seperempat tahun ada beberapa PNBP yang sudah sedikit di atas 25 persen," tuturnya.
Dia menjelaskan, realisasi PNBP hingga Maret 2025 ditopang oleh kenaikan harga batu bara, dan lifting gas bumi, peningkatan pendapatan penggunaan spektrum frekuensi rasio serta pendapatan dana perkebunan kelapa sawit.
Suahasil menjelaskan, realisasi PNBP tiga bulan pertama 2025 dipengaruhi terutama oleh tekanan harga komoditas energi, bahkan harga batu bara yang meluncur di bawah 100 dolar AS per ton di awal tahun ini.
Sementara, harga rata-rata minyak mentah Indonesia (ICP) turun dibanding tahun lalu. Jika pada tahun lalu harga ICP mencapai 77,67 dolar AS per barel, kini justru ada di level 74,24 dolar AS per barel. PNBP SDA Migas juga terdampak kinerja lifting migas yang masih di bawah asumsi APBN 2025.
"Harga komoditas tahun ini terjadi penurunan secara year to date dan ini menyebabkan penurunannya terlihat di penerimaan PNBP," ujar Suahasil.