Soal Tarif Trump, Kinerja Krakatau Steel Terdampak?

- Presiden AS Donald Trump menunda tarif impor resiprokalnya, Indonesia kena tarif 32%.
- Baja bukan komoditas utama ekspor Indonesia ke AS, kontribusi PDB kurang dari 18%.
- KRAS fokus penetrasi pasar ekspor ke Asia Selatan, Afrika, Eropa dan menjaga kinerja perusahaan melalui peningkatan produksi dan efisiensi.
Jakarta, IDN Times - Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump menunda implementasi tarif impor resiprokalnya. Indonesia sendiri dikenakan tarif sebesar 32 persen.
Meski begitu, jika kebijakan itu sudah berlaku, Direktur Utama PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS), Muhammad Akbar menilai dampaknya tidak secara langsung mengenai industri baja nasional.
“Kita jangan melihat terlalu jauh kebijakan Trump ini akan meluluhlantakkan industri baja nasional, tidak,” kata Akbar dalam media briefing di Jakarta, Jumat (11/4/2025).
1. Ekspor baja ke AS tidak besar

Baja sendiri bukan komoditas utama yang diekspor Indonesia ke AS. Sehingga, kontribusi nilai ekspornya terhadap produk domestik bruto (PDB) juga tidak besar.
“Kontribusi PDB total kan tidak lebih daripada 18 persen ke AS, sisanya itu masih worldwide," ujar Akbar.
2. KRAS penetrasi ekspor ke berbagai negara

Akbar mengatakan, perusahaan juga terus berupaya melakukan penetrasi pasar ekspor. KRAS sudah melakukan ekspor ke sejumlah negara, termasuk negara-negara di Asia Selatan dan Afrika. Begitu juga dengan negara-negara di Eropa, seperti Italia, Spanyol, dan Portugal,
"Kami sudah melakukan ekspor ke berbagai negara, mulai dari India, Pakistan, hingga Afrika,” tutur Akbar.
3. Tetap fokus efisiensi meski nilai tukar rupiah melemah

Kebijakan Trump sendiri menyebabkan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Pada Senin, (7/4/2025) kemarin, nilai tukar rupiah sempat menyentuh level Rp17.621 per dolar AS, terendah terhadap dolar AS sepanjang sejarah.
Menurut Akbar, perusahaan berhasil bertahan melalui fluktuasi nilai tukar yang terjadi berkali-kali. Dalam menjaga kinerja perusahaan, pihaknya fokus untuk melakukan peningkatan produksi, efisiensi dan inovasi.
Begitu juga dengan memperkuat kerja sama bilateral dan multilateral dengan negara lain untuk memperluas pasar.
"Kami aktif dalam berbagai kerja sama bilateral, multilateral, hingga regional. Ini semuanya untuk memperkuat jalur perdagangan kami di pasar internasional," tutur Akbar.