Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Sri Mulyani Ungkap Biang Kerok Ekspor Indonesia Anjlok

Ilustrasi ekspor. (IDN Times/Anggun Puspitoningrum)
Ilustrasi ekspor. (IDN Times/Anggun Puspitoningrum)

Jakarta, IDN Times - Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, mengungkapkan kinerja ekspor Indonesia mulai turun akibat anjloknya harga ekspor nonmigas. Hal itu membuat Menkeu khawatir.

Penurunan itu, tercermin dari realisasi nilai ekspor Indonesia per April mencapai 19,29 miliar dolar AS atau turun 17,62 persen month to month). Namun secara tahunan, ekspor turun lebih dalam yakni hingga 29,40 persen.

"Sisi nilainya (total ekspor non migas) mengalami penurunan 8,6 persen. Ini berarti gambarkan harga-harga espor nonmigas alami penurunan yang cukup tajam," ungkapnya dalam Konferensi Pers APBN KiTa, Senin (22/5/2023).

1. Volume ekspor nonmigas masih tumbuh

Perkembangan ekspor Indonesia/Screenshot paparan Menkeu
Perkembangan ekspor Indonesia/Screenshot paparan Menkeu

Dia merinci, data ekspor Indonesia pada Januari hingga April 2023, mencapai 86,4 miliar dolar AS, atau turun 7,6 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Meski terjadi penurunan dari sisi nilai, volume ekspor masih mencatatkan pertumbuhan positif.

"Ekspor nonmigas 10 produk terbesar volumenya naik 20,7 persen. Namun, pertumbuhan ekspor secara nominal turun 2,1 persen. Ini artinya memang harga dari 10 produk terbesar Indonesia, alami penurunan yang tajam," kata Sri Mulyani.

Permintaan ekspor produk unggulan Indonesia, kata Menkeu, masih kuat tercermin dari total volume ekspornon migas mencapai 19,4 persen. "Harga harga espor nonmigas alami penurunan yg cukup tajam. Jadi bisa eliminasi pertumbuhan ekspor volume," tuturnya.

2. Harga komoditas mulai turun

Ilustrasi harga minyak  (IDN Times/Arief Rahmat)
Ilustrasi harga minyak (IDN Times/Arief Rahmat)

Sri Mulyani juga menjelaskan, harga komoditas energi dan pangan melanjutkan tren penurunan secara global. Komoditas yang mengalami penurunan harga antara lain gas, batu bara, minyak bumi, CPO, gandum, kedelai, hingga jagung.

"Harga komoditas terutama energi dan pangan melanjutkan tren penurunan harga-harga. Semuanya mengalami koreksi tren penurunan," tuturnya. 

Penurunan harga komoditas yang paling besar adalah komoditas CPO yakni sebesar 60 persen, gas turun 34 persen, sedangkan minyak bumi rata-rata sudah turun 9,3 persen.

3. Inflasi ikut turun

ilustrasi inflasi (IDN Times/Aditya Pratama)
ilustrasi inflasi (IDN Times/Aditya Pratama)

Dia menjelaskan, penurunan harga energi dan pangan berdampak pada penurunan inflasi di berbagai negara. Penurunan inflasi ini berdampak positif karena menandakan tingkat kenaikan suku bunga sudah mulai mencapai puncaknya.

"Karena sebagian tingkat suku bunga acuan atau policy ratenya di Amerika Serikat, Eropa, Jepang, dan bahkan yang lebih ekstrim Brazil dan Meksiko policy ratenya sudah jauh lebih tinggi dibandingkan inflasi yang sudah mulai mengalami penurunan," jelas Menkeu.

Dengan demikian, respons kebijakan moneter diharapkan, sudah mulai mengalami pelandaian.

"Semoga kenaikan suku bunga, tidak akan meningkat seterusnya, namun posisinya tetap tinggi. Dengan kenaikan suku bunga tetap ekstrem di berbagai negara, dampaknya terhadap pelemahan ekonomi," ujarnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us