Strategi Indonesia Optimalkan Hasil KTT APEC Korea Selatan

- Presiden Prabowo Subianto hadiri KTT APEC 2025 di Korea Selatan.
- Prabowo menyatakan Indonesia siap menjadi penghubung ekonomi maju dan berkembang.
- Korsel angkat agenda kerja sama AI dan penanganan perubahan struktur demografi di APEC 2025.
Jakarta, IDN Times - Momen puncak Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) APEC 2025 memang sudah digelar di Gyeongju, Korea Selatan, pada awal November 2025. Acara itu dihadiri langsung Presiden Prabowo Subianto. Ini menjadi KTT APEC yang dihadiri Prabowo usai dilantik sebagai presiden.
Prabowo mengawali kegiatan KTT APEC dengan menghadiri jamuan makan malam di Hotel Lahan Select, Gyeongju pada 31 Oktober 2025. Ia disambut dengan hangat Presiden Lee Jae Myung dan istrinya yang mengenakan hanbok. Lee dan Prabowo berjabat tangan erat ketika diabadikan dalam sebuah foto.
Di forum APEC Economic Leader's Meeting, Prabowo menyatakan Indonesia tengah memerangi pebisnis yang rakus, demi menciptakan pertumbuhan ekonomi yang adil. Dengan perjuangan itu, Indonesia siap berperan sebagai bridge builder antara ekonomi maju dan berkembang dalam menghadapi tantangan global.
"Kami memerangi korupsi, penipuan, dan pebisnis rakus yang menghambat pertumbuhan riil. Pengalaman-pengalaman ini mungkin menempatkan Indonesia sebagai penghubung ekonomi maju dan berkembang dalam menghadapi tantangan ke depan," kata Prabowo ketika itu.
Soal strategi Indonesia yang ingin menjadi jembatan bagi negara dengan kekuatan besar dan menengah, sudah pernah disampaikan Deputi Bidang Kerja Sama Penanaman Modal Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM, Tirta Nugraha Mursitama. Ia mengatakan sejak awal Indonesia sudah mendukung Korea Selatan yang menjadi Ketua APEC 2025.
Ia mengatakan tugas BKPM salah satunya terkait proses hilirasasi dan pengembangan industri berbasis sumber daya alam, untuk meningkatkan nilai tambah dalam negeri.
"Kami memahami bahwa Presiden Prabowo selalu menegaskan bahwa hilirisasi merupakan salah satu instrumen penting dalam mendorong industrialisasi," ujar Tirta, ketika berbicara dalam sesi lokakarya yang diadakan Foreign Policy Community Indonesia (FPCI) bekerja sama dengan The Korea Foundation di Jakarta beberapa waktu lalu.
Korsel mengangkat "Building a Sustainable Tomorrow: Connect, Innovate, Prosper" pada APEC 2025. Korsel menekankan pembahasan dua agenda, yakni kerja sama di bidang akal imitasi (artificial intelligence/AI) serta penanganan perubahan struktur demografi.
Korsel hendak memanfaatkan AI untuk pertumbuhan ekonomi, termasuk dengan membahas regulasi, pembangunan infrastruktur, dan pemerataan kompetensi digital. Seoul juga ingin mengatasi masalah depopulasi di Asia Pasifik lewat penguatan mobilitas manusia, inovasi layanan kesehatan, serta partisipasi ekonomi perempuan.
Konsuler Urusan Ekonomi Kedutaan Besar Korsel untuk Indonesia, Kim Chan Woo, mengatakan APEC 2025 berlangsung di tengah ketidakpastian.
"Asia Pasifik menghadapi persaingan geopolitik, proteksionisme, dan fragmentasi rantai pasokan," katanya.
Kim berharap pertemuan bilateral antara Korsel dan Indonesia di forum APEC akan memberi hasil baik, mengingat kedua negara menjalin Kemitraan Strategis Khusus. Kedua negara dapat fokus pada peningkatan investasi perdagangan dan penjajakan bidang kerja sama lain, seperti perubahan iklim, energi terbarukan, dan ketahanan pangan.
"APEC bukan hanya soal pertemuan. Ini kesempatan bagi kita untuk bersama-sama berkomitmen membangun masa depan yang berkelanjutan di area-area yang menjadi menjadi peluang baru," tutur dia.



















