Tambah Impor Migas dari AS, Pertamina Ungkap Kendala Jarak dan Cuaca

- Rencana pengalihan impor migas AS menghadapi tantangan teknis dan risiko yang perlu dipertimbangkan matang.
- Pengiriman migas dari AS membutuhkan waktu 40 hari, gangguan cuaca dapat berdampak pada ketahanan stok nasional.
Jakarta, IDN Times - Rencana pengalihan porsi impor minyak dan gas bumi (migas) dari negara lain ke Amerika Serikat (AS) menghadapi berbagai tantangan teknis dan risiko yang perlu dipertimbangkan secara matang.
Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Simon Aloysius Mantiri mengungkapkan, aspek logistik dan distribusi, kesiapan infrastruktur, serta dampak ekonomi sebagai faktor penting dalam mitigasi risiko yang dapat mempengaruhi ketahanan energi nasional.
"Rencana peningkatan porsi impor migas dari Amerika Serikat ini tentu tidak lepas dari berbagai tantangan teknis dan risiko yang harus dipertimbangkan secara matang," kata dia di Gedung DPR RI, Jakarta, dikutip Jumat (23/5/2025).
1. Impor migas dari AS butuh 40 hari ditambah ancaman cuaca
Simon menjelaskan, pengiriman migas dari AS perlu waktu sekitar 40 hari, lebih lama dibandingkan dari Timur Tengah atau Asia. Jadi, gangguan cuaca dapat langsung mempengaruhi ketahanan stok nasional.
"Apabila terjadi kendala faktor cuaca seperti badai ataupun kabut maka akan berdampak langsung pada ketahanan stok nasional," ujarnya.
2. Pertamina minta payung hukum untuk pengalihan impor migas

Simon mengatakan, rencana peningkatan porsi impor migas dari AS perlu dukungan kebijakan pemerintah, baik melalui peraturan presiden maupun peraturan menteri, sebagai dasar pelaksanaan kerja sama suplai energi bagi Pertamina.
Selain itu, komitmen kerja sama secara government to government (G2G) antara pemerintah Indonesia dan pemerintah AS akan memberikan kepastian politik dan regulasi.
"Dan selanjutnya dapat diturunkan ke dalam bentuk kerja sama business to business di level teknis dan operasional antar perusahaan," paparnya.
3. Pertamina kaji mendalam untuk mengalihkan impor ke AS

Badan usaha milik negara (BUMN) sektor energi tersebut, kata Simon, tengah melakukan kajian menyeluruh terkait rencana peningkatan porsi impor migas dari AS. Kajian mencakup bebagai aspek.
"Mencakup aspek teknis, komersial, dan risiko operasional untuk memastikan bahwa skenario peningkatan suplai dari Amerika Serikat dapat dilakukan secara efektif," ujar Simon.