Tantangan ASEAN Menuju Net Zero Emission di 2030

Vientiane, IDN Times - ASEAN Media Forum 2024 baru saja digelar di Vientiane, Laos. Bertempat di Crowne Plaza Hotel, Vientiane, Senin (25/11/2024), salah satu topik bahasan dalam forum itu adalah bagaimana prospek net zero emission di ASEAN pada 2030 mendatang.
Bukan perkara mudah untuk mencapai target tersebut. Sebab, banyak tantangan yang dihadapi oleh negara-negara di ASEAN dan salah satunya adalah bagaimana sikap dari negara-negara anggota yang tidak menetapkan target serupa di waktu tertentu.
"Jadi, tidak ada target kolektif, melainkan domestik. Sebenarnya, jika ada target kolektif, bisa lebih mudah untuk menciptakan lingkungan yang lebih ramah di ASEAN, sesuai dengan kepentingan bersama. Bahkan lewat target domestik, bisa tercipta interkoneksi di kawasan," ujar Lead Researcher Climate Change in Southeast Asia Programme, ISEAS - Yusof Ishak Institute, Mirzha Shadaqat Huda.
1. Tantangan dari alam hingga investasi

NZE 2030 di kawasan ASEAN, menurut Direktur Eksekutif Mekong Institute, Suriyan Vichiteklam, sulit untuk diwujudkan lantaran kondisi alam yang menantang.
Penggunaan tenaga angin dan surya cukup menantang. Saat ini, tenaga air menjadi yang paling potensial untuk digunakan sebagai sumber energi alternatif. Tapi, beberapa negara di kawasan ASEAN butuh pula investasi besar demi membangun infrastuktur pembangkit tenaga alternatif.
"Saya merasa target NZE di 2030, secara teknis, sulit diwujudkan. Kemajuan teknologi, sejauh ini masih bertumpu di teknologi air," kata Suriyan.
2. Harus ubah kebiasaan terlebih dulu

Menggeser kebiasaan masyarakat di ASEAN juga menjadi PR lainnya. Penggunaan energi fosil masih begitu besar dan ekosistem kendaraan listrik juga belum masif.
"Banyak negara yang mengusahakan penggunaan energi baru terbarukan. Saat ini, belum ada negara ASEAN yang masuk ke rasio 50 persen dalam penggunaan EBT," ujar Suriyan.
3. Tahun ini, Laos jadi Ketua ASEAN

Tahun ini, Laos menjadi Ketua ASEAN dan mengusung tema "Enhancing Connectivity and Resilience", melibatkan 30 media dari kawasan ASEAN plus Timor Leste, agar bisa memberikan pandangan terhadap isu geopolitik dan perspektif yang terjadi di kawasan ASEAN.
Salah satu bahasan yang paling menarik adalah bagaimana konektivitas dibangun di kawasan ASEAN. Isu ini begitu sentral selama Laos menjadi Ketua ASEAN, lantaran statusnya adalah satu-satunya negara di regional yang tak memiliki wilayah laut.