Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Tantangan Indonesia Kurangi Emisi: Pembuktian Biodiesel Sawit

Biomassa.jpg
Kiri-kanan Edi Wibowo (Direktur Bioenergi, Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi) Meika Syahbana Rusli (Kepala Pusat Penelitian Surfaktan dan Bioenergi (SBRC) IPB University) Arfie Thahar (Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) saat diwawancarai di IICC Bogor, Senin (4/8/2025). IDN Times/Linna Susanti.
Intinya sih...
  • SAF, bahan bakar masa depan untuk industri penerbangan hijau
  • Potensi palm oil sebagai solusi energi dengan regulasi dan R&D yang sesuai
  • Kolaborasi internasional kunci keberhasilan bioenergi Indonesia

Bogor, IDN Times - Direktur Bioenergi Kementerian ESDM, Edi Wibowo, mengatakan, tantangan terbesar Indonesia dalam mengurangi emisi adalah membuktikan keberlanjutan biodiesel sawit, baik secara ilmiah maupun objektif.

Hal itu disampaikan dalam Konferensi Internasional Biomassa dan Bioenergi ke-10 yang digelar di Bogor oleh IPB University dan ISBB dengan dukungan Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP). Acara tersebut menjadi ajang penting untuk mengulik masa depan bioenergi Indonesia. 

“Tantangan terbesar kita adalah membuktikan keberlanjutan biodiesel sawit secara ilmiah dan objektif,” ujar Direktur Bioenergi Kementerian ESDM Edi Wibowo di IICC Bogor, Senin (4/8/2025). 

Menurut Edi, Indonesia sukses mengurangi emisi lewat program biodiesel B35. Kementerian ESDM mencatat, program ini membantu menurunkan emisi hingga 34 juta ton CO₂ setara per tahun.

1. SAF, si bahan bakar masa depan yang buat industri penerbangan hijau

Medium service airline Pelita Air (kode penerbangan IP) meresmikan pengoperasian penerbangan komersial dengan Sustainable Aviation Fuel (SAF) melalui penerbangan rute penerbangan Denpasar–Jakarta pada Jumat (20/09/2024) atau bertepatan dengan rangkaian Bali International Air Show 2024 di Bali. (Dok. Pertamina)
Medium service airline Pelita Air (kode penerbangan IP) meresmikan pengoperasian penerbangan komersial dengan Sustainable Aviation Fuel (SAF) melalui penerbangan rute penerbangan Denpasar–Jakarta pada Jumat (20/09/2024) atau bertepatan dengan rangkaian Bali International Air Show 2024 di Bali. (Dok. Pertamina)

Sustainable Aviation Fuel alias SAF lagi jadi sorotan. ICAO sudah diberi lampu hijau untuk beberapa bahan baku potensial seperti minyak jelantah dan distilat kelapa sawit. Namun, realitanya hal itu tidak mudah diwujudkan.

“Potensi SAF di Indonesia sangat besar, tapi kita masih butuh riset mendalam, bahan baku yang stabil, dan kesiapan industri untuk produksi skala besar,” kata Kepala SBRC IPB University, Meika Syahbana Rusli. 

SAF menjadi langkah konkret untuk menyelamatkan lingkungan dari emisi penerbangan yang makin naik tiap tahun.

2. Palm oil bisa jadi solusi energi, asal regulasi dan R&D jalan bareng

Palm oil plantation at the edge of tropical rainforest
Palm oil plantation at the edge of tropical rainforest

Indonesia dinilai mempunyai punya gold mine berupa limbah dan produk turunan kelapa sawit. Namun, tanpa regulasi yang adaptif dan investasi di R&D, potensi ini bakal mandek.

“Salah satu fokus kami adalah mendorong integrasi inovasi teknologi dan kebijakan agar biofuel bisa bersaing secara global,” kata Kepala Divisi Pelayanan Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP), Arfie Thahar. 

Bukan cuma soal teknis, tapi juga soal bagaimana Indonesia bisa mengatur ekosistemnya dari hulu sampai hilir dari petani, pabrik, sampai ke konsumen akhir.

3. Kolaborasi internasional jadi kunci

Harvesting Palm Oil Tree
Harvesting Palm Oil Tree

Konferensi ICBB ke-10 menjadi momen untuk membuka jalur kolaborasi lintas negara dan sektor, supaya bioenergi Indonesia tidak jalan sendiri.

“Kami ingin konferensi ini jadi platform untuk mempertemukan ilmu, industri, dan kebijakan. Tanpa sinergi, energi hijau cuma wacana,” kata Meika Syahbana Rusli.

Menurut dia, dengan semua pihak duduk bersama, maka ada harapan besar Indonesia tidak hanya jadi produsen, tapi juga pemimpin global di bidang bioenergi.

Share
Topics
Editorial Team
Deti Mega Purnamasari
EditorDeti Mega Purnamasari
Follow Us