Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Terdampak Tarif AS, Afrika Selatan Hadapi Lonjakan Pengangguran

ilustrasi pengangguran (unsplash.com/henniestander)
ilustrasi pengangguran (unsplash.com/henniestander)
Intinya sih...
  • Angka pengangguran di Afsel tembus 33 persen, naik dari 32,9 persen pada kuartal I 2025.
  • Belasan perusahaan otomotif Afsel tutup imbas tarif AS, 4 ribu orang kehilangan pekerjaan dalam 2 tahun terakhir.
  • Perkuat pasar produk pertanian Afsel di China dan Asia dengan penyelesaian perjanjian perdagangan baru.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Presiden Afrika Selatan (Afsel), Cyril Ramaphosa mengungkapkan rencana membuka dialog bersama untuk menyelesaikan berbagai masalah pengangguran dan ketimpangan di negaranya pada Jumat (15/8/2025).

“Kami semua setuju banyak terdapat banyak masalah di negara kami. Dengan ini, kami akan berbicara satu sama lain untuk mendapatkan solusi dan menyelesaikan masalah negara bersama-sama,” terangnya, dikutip dari TRT Global.

Tingginya pengangguran menjadi masalah utama Afsel dalam beberapa tahun terakhir. Ketetapan tarif dari Amerika Serikat (AS) memperburuk kondisi ketenagakerjaan di Afsel. 

1. Angka pengangguran di Afsel menembus 33 persen

Berdasarkan hasil Survei Ketenagakerjaan per Kuartal (QLFS) dari Badan Statistik Afsel menyebut bahwa pengangguran di Afsel naik dari 32,9 persen pada kuartal I 2025 menjadi 33,2 persen pada kuartal II 2025. Jumlah ini lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar 31,9 persen. 

Pada April-Juni 2025, terdapat lebih dari 159 ribu orang yang masuk dalam pasar tenaga kerja. Namun, hanya 19 ribu orang yang berhasil mendapatkan pekerjaan dan 140 ribu lainnya masih menganggur, dilansir Business Tech

Sementara itu, jumlah orang yang bekerja di sektor formal naik menjadi 34 ribu pada kuartal II 2025. Sedangkan pekerja di sektor informal turun menjadi 19 ribu orang pada periode yang sama. 

Penurunan tenaga kerja ini terjadi di beberapa sektor, termasuk pelayanan sosial, pertanian, finansial, transportasi, manufaktur, dan utilitas. Sedangkan, kenaikan pengangguran terbesar terjadi di Gauteng (95 ribu) dan Eastern Cape (89 ribu). 

2. Belasan perusahaan otomotif Afsel tutup imbas tarif AS

Menteri Perdagangan Afsel, Park Tau mengatakan, sebanyak 12 perusahaan otomotif Afsel tutup dan 4 ribu orang kehilangan pekerjaan dalam 2 tahun terakhir. Gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) ini disebabkan rendahnya penjualan mobil di dalam negeri dan tingginya impor mobil. 

Tak hanya itu, tarif AS sebesar 30 persen juga mengancam industri otomotif Afsel yang mempekerjakan 115 ribu orang di mana 80 ribu di antaranya berada di industri manufaktur komponen kendaraan. Industri ini terancam karena sejumlah perusahaan sudah memutus kontrak di AS. 

Menanggapi masalah ini, pemerintah sudah meminta AS untuk merevisi perjanjian perdagangan dan menurunkan tarif 30 persen. Pretoria juga sudah memberikan insentif bagi industri lokal, termasuk kendaraan listrik dan komponen kendaraan. 

3. Perkuat pasar produk pertanian Afsel di China dan Asia

Pada hari yang sama, Menteri Pertanian Afsel, John Steenhuisen mengungkapkan penyelesaian perjanjian perdagangan baru dengan China soal ekspor buah-buahan. Perjanjian ini tak hanya menghindari tarif AS, tapi juga berfungsi untuk memperkuat pasar produk Afsel di Asia. 

“Kami akan memberikan protokol tertentu pada produk buah-buahan. Perjanjian dengan China ini termasuk beberapa jenis buah, seperti plum, persik, nektarin, aprikot, dan prem,” terangnya, dikutip dari Business Insider Africa

Perjanjian ini menjadi momen besar bagi Afsel untuk mendiversifikasi dan menyeimbangkan hubungan perdagangan dengan negara-negara Barat. Selama ini. Afsel memiliki hubungan perdagangan kuat dengan AS lewat program AGOA. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us