Terus Merugi, Garuda Kembalikan 12 Pesawat Bombardier

Jakarta, IDN Times - Manajemen PT Garuda Indonesia mengembalikan 12 pesawat Bombardier CRJ 1000. Direktur Utama PT Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra, mengatakan perusahaan mengalami kerugian 30 juta dolar AS per tahun.
"Sedangkan sewa pesawat 27 juta dolar AS," ujar Irfan dalam konferensi pers virtual, Rabu (10/2/2021).
1. Pesawat Bombardier CRJ 1000 tidak efektif bagi perseroan

Menurut Irfan, pesawat Bombardier CRJ 1000 tidak efektif bagi perseroan. Sejak 2011, Garuda mendatangkan 18 pesawat Bombardier. Berdasarkan kontrak kerja sama, armada tersebut disewa dengan dua skema. Pertama, 12 armada disewa menggunakan skema operating lease dari lessor Nordic Aviation Capital (NAC) dengan masa sewa hingga 2027.
"Kemudian, pengadaan enam armada lainnya menggunakan skema financial lease dengan penyedia financial lease Export Development Canada. Masa sewa pesawat sampai 2024," ungkapnya.
2. Manajemen Garuda Indonesia memutus kontrak secara sepihak

Irfan mengatakan, saat ini manajemen berupaya memutus kontrak dengan NAC. Operasional keduabelas pesawat juga telah dihentikan sejak 1 Februari 2021. Kini, pesawat itu di-grounded di hanggar garuda di Bandara Internasional Soekarno-Hatta.
"Penghentian ini bagian upaya mengurangi kerugian di masa mendatang. Manajemen menyadari ini pemberhentian sepihak yang menciptakan konsekuensi terpisah. Kami nyatakan kami siap tangani konsekusi tersebut," ujarnya.
3. PT Garuda Indonesia melakukan efisiensi imbas COVID-19

Selain itu, lanjut Irfan, keputusan untuk menghentikan penggunaan Bombardier tak lepas dari langkah perusahaan melakukan efisiensi di tengah krisis imbas COVID-19. Apalagi, terdapat kasus hukum terkait dugaan suap kontrak penjualan pesawat perusahaan Bombardier kepada maskapai penerbangan Garuda Indonesia.
Penyelidikan telah dilakukan oleh lembaga pemberantasan korupsi Inggris, Serious Fraud Office (SFO) sejak November 2020.