Thailand Ancam Blokir Ekspor BBM ke Kamboja saat Konflik Memanas

- Militer Thailand mempertimbangkan pemblokiran ekspor bahan bakar ke Kamboja.
- Setidaknya 16 tentara dan 10 warga sipil tewas serta ratusan orang luka-luka akibat bentrokan terbaru.
- Presiden AS, Donald Trump, mengklaim kedua negara telah sepakat menerapkan gencatan senjata baru.
Jakarta, IDN Times - Militer Thailand mempertimbangkan pemblokiran ekspor bahan bakar ke Kamboja pada Senin (15/12/2025). Langkah ini diambil menyusul eskalasi pertempuran perbatasan yang kini meluas hingga wilayah pesisir.
Pengumuman tersebut disampaikan setelah Presiden AS, Donald Trump, mengklaim kedua negara telah sepakat menerapkan gencatan senjata baru. Konflik berkepanjangan antara dua negara Asia Tenggara ini telah menyebabkan pengungsian ratusan ribu warga sipil di kedua sisi perbatasan.
1. Pertimbangan blokade bahan bakar oleh militer Thailand
Militer Thailand membahas kemungkinan memblokir ekspor bahan bakar ke Kamboja, termasuk instruksi bagi angkatan laut untuk mewaspadai kapal-kapal pengangkut pasokan strategis serta penetapan zona maritim dekat pelabuhan Kamboja sebagai area berisiko tinggi.
Kementerian Energi Thailand mengonfirmasi penghentian ekspor minyak sejak Juni 2025, meskipun pada tahun sebelumnya mengekspor sebanyak 2,2 miliar liter bahan bakar ke negara tetangga tersebut. Selain itu, Thailand menerapkan jam malam di Provinsi Trat tenggara akibat pertempuran yang melintasi perbatasan sepanjang 817 kilometer.
2. Korban dan pengungsian massal akibat bentrokan berkepanjangan
Setidaknya 16 tentara dan 10 warga sipil tewas serta ratusan orang luka-luka sejak bentrokan terbaru meletus minggu lalu, dengan 258.626 warga sipil mengungsi menurut otoritas Thailand.
Kamboja melaporkan 11 orang tewas, 74 luka, serta 394.706 pengungsi akibat konflik tersebut. Pasukan Thailand pada Sabtu (13/12/2025) menghancurkan jembatan yang dimanfaatkan Kamboja untuk mengangkut senjata berat serta sasaran artileri di Provinsi pesisir Koh Kong.
"Secara keseluruhan, bentrokan telah terjadi secara terus-menerus sejak Kamboja kembali menegaskan kesediaannya untuk gencatan senjata," kata Laksamana Muda Surasant Kongsiri, juru bicara Kementerian Pertahanan Thailand, dilansir The Japan Times.
Kamboja menuduh Thailand menyerang infrastruktur sipil menggunakan jet tempur dan tembakan artileri, meskipun Thailand menegaskan hanya menargetkan posisi militer.
3. Respons terhadap pengumuman gencatan senjata Trump
Presiden Donald Trump, yang memediasi gencatan senjata pada Oktober 2025, menyatakan telah berbicara dengan Perdana Menteri sementara Thailand, Anutin Charnvirakul, serta Perdana Menteri Kamboja, Hun Manet, pada Jum'at (12/12/2025). Ia mengklaim keduanya sepakat menghentikan tembakan di perbatasan.
Juru bicara Gedung Putih menyatakan Trump berharap semua pihak mematuhi komitmen tersebut guna menghentikan pembunuhan serta mencapai perdamaian abadi. Thailand menyatakan keterbukaan terhadap solusi diplomatik untuk menyelesaikan konflik.
“Kamboja harus menghentikan permusuhan terlebih dahulu sebelum kita dapat bernegosiasi,” ujar Laksamana Muda Surasant Kongsiri, dilansir The Straits Times.


















