Tim Ekonomi Luhut Waspadai Pemerintahan Trump, Ini Alasannya

Jakarta, IDN Times - Anggota Dewan Ekonomi Nasional (DEN), Firman Hidayat menyatakan Indonesia menghadapi berbagai tantangan ekonomi jangka pendek, termasuk setelah terpilihnya kembali Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS).
Menurutnya, hal ini dapat mempengaruhi Indonesia melalui sektor keuangan. Dalam hal ini, meskipun telah mulai menurunkan suku bunga, pernyataan terbaru dari Ketua Federal Reserve (The Fed) menunjukkan penurunan tersebut mungkin tidak secepat yang diperkirakan.
Selain itu, meskipun suku bunga turun, yield obligasi pemerintah AS justru meningkat sebagai antisipasi terhadap kebijakan Trump yang diperkirakan akan memperlebar defisit dan meningkatkan inflasi.
"Sehingga saat ini kita sudah lihat dampaknya terjadi capital outflow dari negara-negara berkembang termasuk Indonesia, sehingga nilai tukar dolar sangat menguat, rupiah pun melemah," kata dia dalam seminar nasional yang diselenggarakan Indef di Hotel Aryaduta, Jakarta, Kamis (21/11/2024).
1. DEN waspadai kebijakan Trump berdampak ke perdagangan RI

DEN yang diketuai oleh Luhut Binsar Pandjaitan itu juga menyoroti perlunya Indonesia mengantisipasi dampak rencana Trump untuk menaikkan tarif impor barang dari China hingga 60 persen.
Firman menekankan pentingnya analisis mendalam terhadap efek kebijakan tersebut terhadap pertumbuhan ekonomi global dan ekspor Indonesia. Firman juga mencatat dinamika perdagangan internasional dapat berubah dengan cepat, tergantung pada kebijakan yang diambil.
"Saya kira kita perlu antisipasi adalah dari sektor perdagangan," ujar Firman.
2. DEN soroti pelemahan ekonomi China sebagai mitra dagang utama RI

Firman juga menyoroti perlunya Indonesia mewaspadai pelemahan ekonomi China, mengingat negara tersebut merupakan mitra dagang utama Indonesia. Dia mencatat China saat ini mengalami perlambatan ekonomi akibat krisis di sektor properti.
Sebagai respons, pemerintah Negeri Tirai Bambu tersebut telah mengumumkan paket stimulus ekonomi yang signifikan, mencapai 19 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) dalam beberapa tahun ke depan, yang lebih besar dibandingkan stimulus selama pandemik COVID-19.
Dia menekankan pentingnya memantau efektivitas stimulus tersebut dalam mendorong pertumbuhan ekonomi China, karena hal tersebut akan berdampak langsung pada proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia.
"Nah ini tentu harus kita monitor seberapa jauh ini bisa mendorong pertumbuhan ekonomi China karena ini lagi-lagi akan berdampak pada proyeksi atau pertumbuhan ekonomi Indonesia," paparnya.
3. Ekonomi Eropa dan isu geopolitik juga jadi tantangan yang harus diantisipasi

Tantangan lainnya adalah perubahan kebijakan moneter dari pengetatan ke pelonggaran, pertumbuhan ekonomi yang rapuh di Eropa, serta tekanan utang negara di negara berkembang.
Ditambah lagi adanya peningkatan intensitas perang di Timur Tengah dan Rusia-Ukraina, dan meningkatnya ketegangan di Korea Selatan dan Korea Utara, China, dan Taiwan.
Sedangkan tantangan dalam jangka menengah adalah ketahanan pangan global, disrupsi digital dan kecerdasan buatan (AI), perubahan iklim, transisi menuju ekonomi rendah karbon, serta fragmentasi geopolitik dan persaingan ekonomi.
"Kita harus address saat ini juga untuk kita bisa mencapai target dalam jangka menengah yaitu mencapai Visi Indonesia Emas 2045," tambahnya.