Kemandirian Energi Jadi Kunci Ekonomi Berkelanjutan

Jakarta, IDN Times - Ketua Umum Masyarakat Ketenagalistrikan Indonesia (MKI), Evy Haryadi mengatakan, kemandirian dan ketahanan energi adalah fondasi utama untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Hal ini pun sejalan dengan visi Presiden Prabowo yang mencanangkan swasembada energi.
"Bapak Presiden mencanangkan swasembada energi sebagai salah satu pilar Asta Cita yang menjadi prioritas pemerintahan Republik Indonesia ke depan,” ujar Evy saat membuka acara Electricity Connect 2024 di Jakarta Convention Center, Rabu (20/11/2024).
1. Maksimalkan penggunaan energi baru terbarukan

Untuk mencapai kemandirian energi, Evy menilai Indonesia perlu memaksimalkan potensi energi yang melimpah, terutama Energi Baru dan Terbarukan (EBT).
Apalagi, saat ini pemerintah saat ini terus mendorong komitmennya dalam pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan (EBT) menuju Net Zero Emission.
"Tidak hanya sumber daya yang berubah dari bahan bakar fosil. Namun (perlu dioptimalkan) potensi sumber daya EBT, mulai dari hidro, geotermal, angin, surya, serta potensi energi baru lainnya," ujarnya.
Electricity Connect 2024 dirancang untuk mendorong investasi di sektor energi hijau. Forum ini diharapkan menjadi ajang konsolidasi, menyamakan persepsi, dan memperkuat sinergi antar pemangku kepentingan.
“Kami ingin menjadikan forum ini sebagai ruang konsolidasi untuk menyamakan persepsi, memperkuat sinergi, dan mengakselerasi pembangunan sumber daya manusia unggul di sektor energi,” tambah Evy.
2. Energi baru terbarukan Indonesia belum dimanfaatkan secara maksimal

Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot Tanjung mengatakan, Indonesia memiliki potensi sumber daya energi terbarukan yang sangat besar, namun masih banyak yang belum dimanfaatkan secara optimal.
Rinciannya, potensi energi surya sebesar 3.294 gigawatt, yang baru dimanfaatkan hanya sekitar 675 megawatt.
Potensi energi hidro mencapai 95 gigawatt, tetapi baru terpakai sekitar 6,6 gigawatt.
"Kemudian bioenergi memiliki potensi 57 gigawatt, sementara yang dimanfaatkan baru sekitar 3,4 gigawatt. Begitu juga dengan energi angin, yang memiliki potensi sebesar 155 gigawatt, namun yang sudah dimanfaatkan hanya 152 megawatt," tegasnya.
3. Target net zero emisi pada 2060 harus diwujudkan

Menurutnya apabila potensi energi terbarukan sangat besar dimanfaatkan secara maksimal, maka gap antara nilai potensi EBT yang besar dengan pemanfaatannnya ini bisa dimaksimalkan agar dapat mewujudkan efisiensi energi dan berkomitmen untuk mengurangi emisi.
"Jadi ini potensinya rangenya cukup besar. Ini merupakan bagian yang bisa kita konsolidasikan, bagaimana antara potensidengan pemanfaatan itu bisa gapnya tidak terlalu jauh, sehingga akan terjadi efisiensi dan juga bagaimana kita melihat sebagai komitmen kita untuk mengurangi emisi, terutama net zero emisi pada tahun 2060," tuturnya.