Kubu Trump Kecam Biden Izinkan Ukraina Serang Rusia Pakai Rudal AS

- Kubu Donald Trump menyerang Biden atas izin penggunaan rudal AS oleh Ukraina untuk menyerang Rusia.
- Trump Jr dan anggota Kongres Republik mengkritik keputusan Biden yang dianggap memicu Perang Dunia III.
- Ukraina diizinkan menggunakan rudal ATACMS AS untuk menyerang wilayah Rusia, memicu reaksi keras dari Kremlin dan Putin.
Jakarta, IDN Times - Kubu Donald Trump melancarkan kritik keras kepada Presiden Joe Biden yang mengizinkan Ukraina menggunakan rudal buatan Amerika Serikat (AS) untuk menyerang wilayah Rusia. Donald Trump Jr menuding keputusan ini sebagai upaya industri militer AS memicu Perang Dunia III sebelum ayahnya masuk Gedung Putih.
Kebijakan kontroversial ini diambil menjelang akhir masa jabatan Biden yang akan digantikan Trump pada 20 Januari 2025. Trump terpilih kembali dengan janji mengakhiri keterlibatan AS dalam berbagai perang dan mengalihkan dana untuk kesejahteraan warga Amerika.
Meski belum diumumkan resmi oleh Gedung Putih, pemerintah Jerman mengonfirmasi telah menerima pemberitahuan tentang perubahan kebijakan signifikan ini. Sebelumnya, AS melarang Ukraina menggunakan senjata bantuan mereka untuk operasi di dalam wilayah Rusia.
1. Kritik keras dari lingkaran Trump
Donald Trump Jr memperingatkan bahaya di balik kebijakan baru ini. Menurutnya, keputusan ini dimotivasi kepentingang bisnis dan mengabaikan nyawa manusia. "Mereka ingin mengunci kontrak triliunan dolar! Nyawa manusia diabaikan! Orang-orang bodoh!" tulisnya di platform X.
Melansir Fox News, Anggota Kongres dari Partai Republik, Marjorie Taylor Greene, turut mengkritik keputusan Biden yang dinilai berbahaya. Greene menyebut kebijakan Biden ini bisa memicu Perang Dunia III. Ia mengingatkan bahwa rakyat Amerika sudah menolak kebijakan yang mengutamakan kepentingan asing dalam pemilu 5 November lalu.
Kritikan lebih tajam datang dari Anggota Kongres AS, Thomas Massie yang menganggap tindakan Biden melanggar konstitusi. Ia menyebut keputusan ini membahayakan nyawa warga AS dan bisa menjadi dasar pemakzulan. Massie juga menyebut Biden hanya menjadi boneka yang lemah dari kelompok kepentingan tertentu.
Ric Grenell, mantan direktur intelijen nasional era Trump, menyatakan tidak ada yang menduga Biden akan mengambil langkah eskalasi di masa transisi. Menurutnya, ini seperti memulai perang baru dan mengubah semua perhitungan yang ada.
Sementara itu, Survei Pew Research menunjukkan 62 persen pemilih Republik ingin AS hentikan dukungan untuk Ukraina.
2. Penggunaan rudal untuk respon pengerahan tentara Korut di Rusia
Ukraina kini diizinkan menggunakan rudal ATACMS (Army Tactical Missile System) yang mampu mencapai target sejauh 160 hingga 305 kilometer. Rudal ini ditembakkan dari kendaraan khusus dan memberi Ukraina kemampuan menyerang target jauh untuk pertama kalinya.
Target potensial adalah wilayah Kursk, tempat Rusia menempatkan sekitar 50 ribu pasukan termasuk 10 ribu tentara Korea Utara. Menurut analisis Institute for Study of War, terdapat 225 instalasi militer Rusia dalam jangkauan ATACMS. Wilayah ini sebelumnya pernah diserang Ukraina dalam operasi musim panas lalu.
Jon Finer, wakil penasihat keamanan nasional AS, menjelaskan kebijakan ini diambil untuk merespons tindakan Rusia yang mengerahkan tentara Korea Utara. Ukraina dan sejumlah anggota Kongres telah lama mendesak Biden mengambil sikap lebih tegas terhadap Rusia.
Melansir BBC, beberapa penasihat keamanan era Trump justru menilai Biden terlambat memberikan kemampuan ini. James Gilmore, mantan duta besar Trump untuk OSCE, menyatakan AS tidak bisa membiarkan Putin menaklukkan Ukraina setelah mengerahkan pasukan Korea Utara.
3. Tanggapan dari Kremlin

Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengecam keputusan Biden ini. Ia menyebut keputusan ini ceroboh dan berbahaya.
"Jelas pemerintahan Biden sengaja mengambil langkah untuk memperburuk dan mempertajam konflik ini," kritik Peskov, dilansir dari The Guardian.
Presiden Rusia, Vladimir Putin sebelumnya memperingatkan bahwa penggunaan rudal jarak jauh ke Rusia menandai keterlibatan NATO dalam perang. Ia menjelaskan hanya personel NATO yang mampu mengoperasikan sistem rudal tersebut, bukan tentara Ukraina.
Kementerian Luar Negeri Rusia memperingatkan akan memberikan respons tegas terhadap penggunaan rudal buatan AS di wilayahnya. Sementara itu, Leonid Slutsky, ketua partai LDPR Rusia, menyatakan keterlibatan langsung AS dalam konflik akan mendapat respons paling keras dari Moskow.
Ukraina sebenarnya telah memiliki rudal ATACMS serta Storm Shadow dari Inggris dan SCALP dari Prancis dengan jangkauan serupa. Namun, Ukraina dilarang menggunakannya ke Rusia. Kedua sekutu Eropa itu diperkirakan akan mengikuti AS mengizinkan serangan ke Rusia.