Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Trump Sebut Perdagangan AS-India Berat Sebelah

Donald Trump. (instagram.com/realdonaldtrump)
Donald Trump. (instagram.com/realdonaldtrump)
Intinya sih...
  • India protes atas tarif tinggi AS, negosiasi mandek karena India enggan membuka sektor pertanian dan susu bagi produk AS.
  • India pertahankan pembelian minyak Rusia, mencari alternatif sumber energi untuk mengurangi dampak tarif.
  • Hubungan dagang terguncang di tengah pergeseran geopolitik, memanasnya relasi dengan AS membuat Modi menghadiri KTT Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO) di China.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times – Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, menilai hubungan dagang negaranya dengan India sangat menguntungkan pihak New Delhi. Ia menyebut India menawarkan penghapusan penuh tarif bagi produk AS, namun tawaran itu datang terlambat. Trump menegaskan ketidakseimbangan perdagangan ini sudah berlangsung lama.

Dalam unggahan di Truth Social pada Senin (1/9/2025), Trump menuliskan bahwa hanya sedikit orang yang menyadari minimnya bisnis AS dengan India.

“Yang dipahami oleh sedikit orang adalah bahwa kami melakukan sangat sedikit bisnis dengan India, tetapi mereka melakukan bisnis dalam jumlah besar dengan kami. Dengan kata lain, mereka menjual barang dalam jumlah besar kepada kami, ‘klien’ terbesar mereka, tetapi kami menjual sangat sedikit kepada mereka,” kata Trump dikutip Al Jazeera.

Sebagai tindak lanjut, pemerintahan Trump memberlakukan tarif baru hingga 50 persen atas barang asal India. Kebijakan yang berlaku sejak 27 Agustus 2025 ini terdiri dari tarif timbal balik 25 persen serta tambahan penalti 25 persen terkait pembelian minyak Rusia oleh India.

1. India protes atas tarif tinggi AS

ilusrasi kapal berlayar (pexels.com/Tom Fisk)
ilusrasi kapal berlayar (pexels.com/Tom Fisk)

India sebelumnya menjadi tujuan utama ekspor AS pada 2024 dengan nilai 87,3 miliar dolar AS (setara Rp1,4 kuadriliun). Namun, negosiasi kedua negara mandek, terutama karena India enggan membuka sektor pertanian dan susu bagi produk AS. Perdana Menteri India, Narendra Modi, lebih memilih melindungi kepentingan petani dalam negeri.

Kementerian Luar Negeri India menyebut tarif baru AS sebagai tindakan yang tidak adil dan tidak masuk akal.

“India tidak akan tunduk atau pernah terlihat lemah” kata Piyush Goyal, Menteri Perdagangan dan Industri India.

Tarif tinggi ini semakin memperuncing gesekan dagang antara Washington dan New Delhi. India menegaskan akan mengambil langkah yang dianggap perlu untuk melindungi kepentingan ekonominya.

2. India pertahankan pembelian minyak Rusia

ilustrasi pabrik minyak (pexels.com/Zakelj)
ilustrasi pabrik minyak (pexels.com/Zakelj)

India tetap melanjutkan impor minyak dari Rusia dengan alasan kebutuhan energi bagi 1,4 miliar penduduknya. Menteri Luar Negeri India, S Jaishankar, menekankan bahwa keputusan itu murni dipengaruhi dinamika pasar, bukan politik. Ia juga menyinggung bahwa China dan Uni Eropa, yang menjadi pembeli utama minyak dan gas Rusia, tidak mendapat hukuman serupa dari AS.

Untuk mengurangi dampak tarif, India berupaya memperluas pasar ekspor dan mencari alternatif sumber energi. Namun, penghentian penuh impor dari Rusia dinilai sulit karena terkait langsung dengan keamanan energi nasional.

“India membeli sebagian besar minyak dan produk militer dari Rusia, sangat sedikit dari AS,” ujar Trump, dikutip NDTV.

3. Hubungan dagang terguncang di tengah pergeseran geopolitik

Perdana Menteri India Narendra Modi (kiri) dan Presiden China Xi Jinping (kanan) sebelum dimulainya pertemuan para pemimpin BRICS 2017.
Perdana Menteri India Narendra Modi (kiri) dan Presiden China Xi Jinping (kanan) sebelum dimulainya pertemuan para pemimpin BRICS 2017.

Ketegangan akibat tarif baru membuat hubungan dagang AS-India yang sebelumnya erat kini melemah. Padahal, kerja sama itu dulu dibangun atas dasar kekhawatiran bersama terhadap pengaruh China di kawasan Indo-Pasifik. Situasi ini kian kompleks setelah pengadilan banding AS pada 29 Agustus 2025 menyatakan banyak tarif Trump tidak memiliki dasar hukum, meski kebijakan itu tetap berlaku sambil menunggu kemungkinan banding ke Mahkamah Agung.

Dilansir dari CNA, di tengah memanasnya relasi dengan AS, Modi menghadiri KTT Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO) di Tianjin, China, pada 1 September 2025. Pertemuan itu dipimpin Presiden China, Xi Jinping, sebagai upaya memperkuat hubungan negara-negara non-Barat.

Kunjungan tersebut menjadi yang pertama bagi Modi ke China dalam tujuh tahun terakhir. Ia menekankan bahwa India dan China adalah mitra pembangunan, bukan pesaing, dan terlihat berpegangan tangan bersama Xi serta Presiden Rusia, Vladimir Putin, sebagai simbol solidaritas.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us

Latest in Business

See More

3 Jenis Financial Investment, Bisa Dilakukan Tanpa Modal Besar

04 Sep 2025, 23:00 WIBBusiness