Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Uni Eropa Siap Embargo Minyak saat Rusia-China Makin Erat

ilustrasi Presiden China Xi Jinping saat melakukan pertemuan bilateral dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. ANTARA FOTO/Sputnik/Alexei Druzhinin/Kremlin via REUTERS

Jakarta, IDN Times – Menteri Ekonomi Jerman Robert Habeck mengatakan Uni Eropa (UE) kemungkinan akan menyetujui embargo impor minyak Rusia dalam beberapa hari mendatang. Hal itu ia sampaikan di saat hubungan ekonomi Rusia dengan China meningkat di tengah tekanan dari Barat atas invasinya ke Ukraina.

“Kami akan mencapai terobosan dalam beberapa hari,” kata Habeck, dikutip dari Al-Jazeera, Rabu (25/5/2022).

1. Permintaan Ukraina

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy. (twitter.com/ZelenskyyUa)

Pada Senin, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan kepada para pemimpin bisnis global di Davos bahwa dunia harus meningkatkan sanksi terhadap Rusia untuk mencegah negara lain menggunakan kekuatan yang kasar untuk mencapai tujuan mereka.

Banyak dari 27 negara anggota UE sangat bergantung pada energi Rusia, memicu kritik dari Ukraina bahwa blok tersebut tidak bergerak cukup cepat untuk menghentikan pasokan.

2. Proposal AS dan Eropa

Presiden Amerika Serikat Joe Biden saat menandatangani perintah eksekutif pada Minggu (7/2/2021). (Facebook.com/President Joe Biden)

Habeck lebih lanjut mengungkapkan bahwa Komisi Eropa dan Amerika Serikat (AS) bekerja secara paralel mengenai proposal untuk membatasi harga minyak global. “Ini jelas merupakan tindakan yang tidak biasa, tetapi ini adalah waktu yang tidak biasa,” katanya.

Tekanan untuk rusia bukan hanya datang dari sisi energi. Berbagai perusahaan Barat juga turut memberikan tekanan, di mana pada Senin rantai kopi AS Starbucks menjadi yang terbaru yang menarik diri dari negara itu.

3. Rusia sebut Barat diktator

Presiden Rusia Vladimir Putin (ANTARA FOTO/REUTERS/Maxim Zmeyev)

Sebelumnya Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan Kremlin akan fokus pada pengembangan hubungan dengan China karena hubungan ekonomi dengan AS dan Eropa terputus.

“Jika mereka (Barat) ingin menawarkan sesuatu dalam hal melanjutkan hubungan, maka kami akan mempertimbangkan dengan serius apakah kami akan membutuhkannya atau tidak,” katanya dalam sebuah pidato, menurut transkrip di situs web kementerian luar negeri.

“Sekarang Barat telah mengambil ‘posisi diktator’, hubungan ekonomi kita dengan China akan tumbuh lebih cepat,” tambahnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
Rehia Sebayang
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us