Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

WANSUS: Bos IndoGold Bagi Tips Investasi dan Prediksi Harga Emas 2025

Founder dan Chief Marketing Officer (CMO) IndoGold, Indra. (IDN Times/Fauzan)
Founder dan Chief Marketing Officer (CMO) IndoGold, Indra. (IDN Times/Fauzan)
Intinya sih...
  • Emas menjadi investasi andalan di tengah ancaman inflasi tinggi pada 2025
  • IndoGold telah beroperasi selama lebih dari 15 tahun di Indonesia, diversifikasi produk alternatif kepada konsumen
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Emas menjadi salah satu instrumen investasi yang mengalami fluktuasi harga tinggi sepanjang 2024. Harga emas berkali-kali mencetak rekor tertinggi sepanjang masa, alias all time high (ATH) tahun ini.

Menurut Founder dan Chief Marketing Officer (CMO) IndoGold, Indra, investasi emas masih berpotensi besar pada 2025. Meski ada beberapa faktor lanjutan yang mempengaruhi harga emas, dia mengatakan, emas bisa menjadi andalan investasi di tengah ancaman inflasi tinggi pada 2025.

Sebagai informasi, IndoGold adalah platform jual-beli emas yang telah beroperasi selama lebih dari 15 tahun di Indonesia.

“Dan biasanya ketika inflasinya tinggi, emas biasanya akan mengikuti gitu. Jadi, enaknya emas begitu, dia selalu menjaga kekuatan daya beli kita terhadap inflasi. Dia enggak bikin kita tambah lebih kaya, tapi dia juga enggak bikin kita lebih miskin, dia jaga nilai daya beli kita,” kata Indra dalam program Ngobrol Seru by IDN Times, yang dikutip Selasa, (31/12/2024).

Indra mengatakan, untuk investasi emas pada 2025, ada beberapa hal yang harus dipersiapkan pemula. Dia juga membagikan prediksi harga emas tahun depan. Simak wawancara khusus IDN Times bersama Founder dan CMO IndoGold, Indra.

IndoGold sudah berdiri sejak 2009. Selama 15 tahun berdiri, apa saja perkembangan IndoGold baik dari sisi layanan, inovasi, maupun jangkauan pelanggan?

Ilustrasi aplikasi IndoGold. (dok. IndoGold)
Ilustrasi aplikasi IndoGold. (dok. IndoGold)

Jadi dulu 2009 kan memang boleh dibilang zaman kayaknya Tokopedia baru dapat pendanaan, jadi everything still new at that time, bahkan website, payment gateway saya juga ingat Tokopedia masih belum ada, kita terima pembayaran dari website pun juga harus secara manual, hanya menunjukkan nomor rekening, habis itu kita masih check everything manual.

Dulu desktop based. Kita baru mulai mobile app itu baru sekitar 2013. Jadi benar-benar dari usaha konvensional jual-beli emas biasa, yang kebetulan kita membuka channel digital juga. At that time namanya masih Antam Gold, cuma along the time kan memang Antam seperti kita tahu adalah BUMN, karena waktu itu kita memang belum ada merek-merek lain pada saat itu. Emas batangan yang ada sertifikat, ada capnya, itu barulah Antam.

Sekitar tahun 2014-2015 baru mulai ada merek UBS. Nah dari situ kita mulai diversifikasi, menawarkan produk alternatif kepada konsumen. Karena ada momen, di mana konsumen mau nyari emas Antam itu susah.

Mungkin kalau teman-teman pernah ingat zaman GTI, Golden Trader Indonesia Syariah, itu demand untuk emasnya sangat besar sehingga Antam sendiri untuk supply di pasarannya agak sulit. Jadi alternatif yang kita tawarkan konsumen adalah merek UBS sebagai alternatif brand untuk mereka, salah satu solusi lah untuk problem itu. Nah jadi baru 2016, kita rebranding jadi IndoGold karena memang produk yang kita jual sudah gak terbatas produk Antam saja. Sekarang pun juga kita sudah ada brand-brand lain seperti UBS, terus ada Lotus Archi, maupun juga Emas Hartadinata, jadi sudah more than that.

Nah yang menarik dulu kita memang jualnya emas fisik, layaknya e-commerce biasa. Tapi pun juga kita ada jual model yang emas digital, dan pada saat itu belum ada regulasinya. Jadi sempat bingung tuh sebenarnya kita masuknya ke OJK, ke BI, atau ke mana? Ada juga yang sempat nanya kita Bappebti gak? Ya kita bukan emas futures, kita bukan emas berjangka, ada fisiknya. Cuma memang secara digital dijualnya, dan emasnya masih tertitip di lemari besi, diasuransikan, jadi belum ada pihak ketiga yang ditunjuk.

Beda ketika sudah ada regulator masuk. Ketika regulator sudah masuk, itu baru mulai peraturannya keluar 2018. Itu pun juga masih belum ada juknis, belum ada ada implementasinya, masih sosialisasi. Baru benar-benar 2023 itu kita dapat izinnya, fast forward gitu ya. Dan saya melihat itu dulu skeptis orang, kalau beli secara online skeptis. (Pada) 2009 itu orang kalau mau beli lewat website itu mikir berkali-kali, kalau bisa datang dulu ke tempat kita, lihat barangnya gitu kan, oke sudah percaya nih, benar tempatnya ada, baru mereka yakin untuk beli secara online.

Nah, kalau kita lihat sekarang itu boleh dibilang sudah berubah. Gaya orang transaksi pun juga sudah berubah. Apalagi untuk kalangan muda usia 23 sampai 40-an, mereka cenderung sudah lebih oke, lebih percaya.

Jadi dulu transaksi secara online, digital, emas digital bilangnya sekarang kan, emas digital fisik, itu dulu dikit banget. Kalau kita bandingkan sama transaksi yang mode e-commerce, atau pun juga yang offline, yang datang ke outlet gitu. Nah, itu mulai bergeser, di mana orang sudah mulai percaya untuk beli lewat aplikasi. Memang kalau boleh dibilang, kenaikan paling besar itu pada saat COVID-19, karena orang pada di rumah-rumah, jadi mau gak mau, cara mereka buat beli investasinya adalah lewat aplikasi.

Itu salah satu windfalll yang kita nikmati karena kita ready pada saat itu. Persiapan bertemu dengan kesempatan, ya jadinya ya itu kan luck di situ, beruntung bekerja.

Along the time, sudah mulai normal, memang sudah berbeda. Tapi kita masih melihat mayoritas sudah jauh, sudah terbiasa dan nyaman dengan penggunaan aplikasi. Jadi, trennya itu sudah naik, betul, cuma tinggal masalah sekarang kita sosialisasinya, kalau perdagangan emas fisik digital ini ada loh emas fisiknya, jadi gak kayak futures. Kalau futures kan kita kontrak, beli, harus jual, jual, harus beli. Kalau di kita enggak bisa. Kita itu adalah sistemnya ya barang sudah harus ada dulu, baru masyarakat boleh beli sesuai aturan regulator dari Bappebti-nya seperti itu, dan barang itu sudah harus ada di pihak ketiga.

Makanya kalau dulu pertanyaannya kan orang suka nanya, kalau IndoGold, maaf, default gimana? Ya kalau dulu ya mereka memang mungkin enggak bisa trust 100 persen karena kan memang kan barangnya masih di custody, di kita, dan diasuransikan kita kan tapi sekarang barang itu sudah ditunjuk custody oleh regulator. Jadi otomatis isinya sudah ada tiga party lah, pihak pengawasan yang lumayan ketat. Dalam hal ini jadi ngomongin manajemen risiko itu juga sangat penting banget. Namanya emas fisik itu tertitip, kita harus jaga amanah.

Apa pertimbangan seseorang ketika berinvestasi emas selain melihat naik-turun harga?

Biasanya yang paling utama adalah trust, kredibilitas ya. Sebenarnya waktu saya beli lewat platform ini, benar gak beli platformnya? Ada regulasinya gak sih? Mereka kan kalau investasi yang ditakuti bodong.

Jadi mereka sudah beli, ternyata emasnya gak ada, perusahaannya ternyata scam, money scam, itu ternyata yang menjadi konsiderasi mereka, selain dari keamanan atapun gain dari aset itu sendiri.

Harga emas berulang kali mencetak rekor harga tertinggi alias all time high, bagaimana dampaknya ke penjualan perusahaan?

Founder dan Chief Marketing Officer (CMO) IndoGold, Indra. (IDN Times/Firza Bawenti)
Founder dan Chief Marketing Officer (CMO) IndoGold, Indra. (IDN Times/Firza Bawenti)

Kalau di kita surprisingly uang itu namanya uang kertas, dicetak terus, jadi jumlah uang yang beredar di masyarakat juga semakin bertambah. Meskipun harga emas boleh dibilang agak tinggi, naik-naik terus, herannya masyarakat Indonesia sanggup beli. Masih banyak yang lumayan antusias belinya.

Salah satu perbankan saja saya lihat, terakhir salah satu perbankan dari laporannya omzet mereka naik empat kali lipat di tahun ini, dari Rp1 triliun menjadi Rp4 triliun.

Di tengah kenaikan harga itu, lebih banyak masyarakat yang membeli emas ke IndoGold atau menjual?

Nah, depend. Ada orang yang FOMO. Kalau FOMO itu ketika naik mereka beli. Tapi kalau orang yang memang smart, biasanya ketika harganya sudah termasuk tinggi mereka jual. Nah, di tahun ini agak tricky. Kenapa? Karena kenaikannya luar biasa. Di Januari Rp1 juta harganya, tapi begitu Februari Rp1,2 juta. Kita pikir, oh tinggi. (Dalam satu bulan harganya) lepas kan? Ternyata bulan berikutnya Rp1,3 juta, bulan-bulan berikutnya Rp1,4 juta. Nah, momen-momen itu yang susah kita tebak.

Jadi, kalau memang tujuannya buat jangka panjang, ada tujuan investasi yang jelas, mau peduli harganya naik atau turun, kita tetap beli. Tapi kalau memang tujuannya memang spekulasi, trading, barulah kita melihat oh momennya lagi tinggi nih, lepas, lagi turun, beli, gitu. Cuma kayak begitu agak sedikit lelah, karena kita butuh sedikit effort konsentrasi memantau pasar ya. Jadi kita sudah sibuk dengan kerja setiap hari, kadang kita pulang malam, belum tentu ada waktu melihat market kayak gitu kan. Jadi hal mungkin yang seperti itu harus di-consider gitu.

Bagaimana mekanisme pembelian emas digital di IndoGold? Apakah pembelian minimal harus 1 gram?

Ilustrasi pelanggan IndoGold. (dok. IndoGold)
Ilustrasi pelanggan IndoGold. (dok. IndoGold)

Karena kita di bawah regulasi yang sama, sama-sama di bawah regulator Bappebti, semua aturan mainnya sama. Jadi tetap pada saat pengambilan fisik minimal tetap harus 1 gram, enggak bisa di bawah itu karena aturannya state begitu.

Dulunya kita ada yang kepingan 0,1 gram karena dari UBS memang mereka ada cetak kepingan paling kecil 0,1 gram. Cuma begitu asesmen untuk dapat izin, segala macam, ya kita harus mengikuti aturan main yang telah ditentukan oleh regulator tersebut. Kita (IndoGold) bisa pembelian mulai Rp10 ribu (untuk emas digital).

Berulang kali stok emas di situs web Logam Mulia kosong, apakah kondisi itu berpengaruh terhadap ketersediaan emas di IndoGold?

Nah, berarti ini kalau bicara stok, kalau untuk pembelian yang modal e-commerce jelas berpengaruh karena kalau sistem customer, yang beli e-commerce, mereka ketika beli, mereka mau dapat emasnya.

Beda dengan emas fisik digital. Kalau emas fisik digital yang penting harganya lagi sekian, saya beli, saya dapat saldo gramasinya, sudah selesai. Masalah barang, saya mau tarik nanti, bisa. Atau mungkin saya pada saat sudah sampai tujuan investasi saya, atau mungkin saya lagi butuh dana darurat untuk dicairkan, saya tinggal jual saja di aplikasi. Jadi tergantung dari nature customer.

Ketika seseorang itu sudah punya tujuan investasi emas jangka panjang, berarti tidak perlu melihat fluktuasi harga harian?

Kalau dia paling aman biasanya 5 tahun ke atas, 3 tahun medium. Tapi kalau sudah bicara 5 tahun ke atas, itu sudah tutup mata deh, sudah nggak usah pusing kalau itu karena saya pernah merasa momen itu selama 3,5 tahun, harganya di situ-situ saja, dari Rp300 ribu sampai Rp500 ribu, turun lagi Rp300 ribu, lumayan gak seksi ya. Tapi begitu jebol langsung Rp500 ribu, Rp600 ribu, Rp800 ribu.

Jadi kalau kita investasi jangka panjang 5 tahun nggak usah takut. Tapi kalau misalnya 3 tahun, ya mungkin perlu consider juga. Namanya investasi kan, kita enggak mesti 100 persen di emas.

Biasanya ketika seorang investor emas digital ingin mencetak emasnya menjadi fisik berapa lama? Dan biasanya alasannya apa?

Jadi kalau di IndoGold kan sebenarnya kita ada produknya enggak cuma emas digital, e-commerce-nya juga ada di aplikasi kita. Jadi orang mau beli, check-out bisa. Nah balik lagi kalau misalnya emas digital itu, orang cetaknya itu biasanya pada momennya apa?

Biasanya mereka sudah capai target, jadi mereka ketika pakai emas digital ini mereka sudah decide, oh saya mau punya emas 10 gram, setiap 10 gram pokoknya saya tarik, ada tuh yang kayak begitu nih, nature customer kita jadi setiap kali 10 gram dia tarik, setiap kali 10 gram dia tarik. Ada juga yang kadang buat nikah, jadi buat kasih ke pasangan. Jadi menabung dulu.

Dengan terpilihnya kembali Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS), dan juga ada kenaikan tarif PPN 12 persen, bagaimana tren harga emas 2025?

Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump. (Gage Skidmore from Peoria, AZ, United States of America, CC BY-SA 2.0, via Wikimedia Commons)
Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump. (Gage Skidmore from Peoria, AZ, United States of America, CC BY-SA 2.0, via Wikimedia Commons)

Kalau boleh dibilang sebelum bicara tahun 2025, kita flashback dulu untuk tahun 2024 ini. Jadi tahun 2024 boleh dibilang pemicu terbesarnya itu memang election presiden, itu berpengaruh terhadap nilai tukar dolar dan rupiah, yang salah satunya memicu kenaikan harga emas, itu salah satu.

Cuma yang kontribusi terbesarnya adalah dari efek perang, yang seperti kita tahu itu masih berjalan hingga sekarang. Jadi situasi di luar politik ekonomi, pemilihan presiden itu sangat berpengaruh sekali. Dan kalau kita ngomongin di tahun depan ini, selama perang itu masih berjalan, itu akan menjadi salah satu faktor.

Dan kalau di sisi nasional, di Indonesia, internal, nilai rupiah kita itu yang harus kita sangat perhatikan karena emas itu enggak cuma dolar AS per troy ounce. Karena dia dolar-lah, makanya kita harus memantau konversi kurs rupiahnya, dan melawan dolar juga.

Terus apalagi? Bicara tadi pajak, PPN, ya kan 12 persen. Dengan PPN 12 persen, otomatis akan ada yang namanya inflasi. Karena apa yang kita beli barang biasa kena PPN 11 persen, sekarang bertambah 1 persen, kalau di dunia finansial itu lumayan berdampak 1 persen juga. Kita lihat BI rate saja yang naik 0,25, basis poin, cuma 0,25 persen tapi kan efeknya sudah ke mana-mana gitu kan. Jadi ini pun juga pasti akan berpengaruh terhadap inflasi internal kita di Indonesia, dan biasanya ketika inflasinya tinggi, emas biasanya akan mengikuti.

Jadi, enaknya emas begitu, dia selalu menjaga kekuatan daya beli kita terhadap inflasi. Dia enggak bikin kita tambah lebih kaya, tapi dia juga enggak bikin kita lebih miskin, dia jaga nilai daya beli kita.

Makanya kadang teman saya anaknya mau sekolah nih, misalnya SMP, dia menghitung gramasi dulu, sekolahnya berapa tahun lagi? Dua tahun lagi atau tiga tahun lagi kan. Nah, habis itu digramasikan, oh kalau harga mah sekarang dibagi, yang lebih dapatnya berapa gram gitu kan. Nanti pada saat sudah masa momennya, biasanya kalau hoki dijual, dapat, atau ada sisa. Tapi kalau lagi sedikit agak kurang beruntung, ya sudah nambah dikit.

Bagaimana prediksi harga emas di 2025?

Ragam produk emas batangan. (dok. IndoGold)
Ragam produk emas batangan. (dok. IndoGold)

Sekarang untuk harga Antam sendiri dari level Rp1,4 juta-an ya. Kalau untuk balik ke level Rp1,2 juta-an agak sulit. Mungkin kisaran bisa di level gerak di Rp1,39 juta, Rp1,38 juta, nah itu bisa sampai Rp1,5 juta, itu possible.

Apa persiapan IndoGold untuk 2025?

Kalau di kita tetap ya sesuai dengan tujuan awal, kita ingin edukasi ke masyarakat mengenai emas fisik digital. Karena along the time gitu, namanya investasi emas enggak mesti kita melulu beli emas fisik, datang ke lokasi, segala macam gitu. Jadi, itu yang kita masih stay true to the core sih, sampai sekarang

Apa tips investasi emas di tahun 2025 agar tetap cuan selain dana?

Founder dan Chief Marketing Officer (CMO) IndoGold, Indra. (IDN Times/Fauzan)
Founder dan Chief Marketing Officer (CMO) IndoGold, Indra. (IDN Times/Fauzan)

Untuk teman-teman yang mau investasi, pastikan mindset-nya dulu, jadi ketika kita invest, mindset-nya pelajari dulu. Sudah mindset-nya pelajari investasi, baru kita pelajari yang kedua adalah produknya. Produk ini apa sih? Karena kalau kita enggak pelajari produknya, kayak beli kucing dalam karung, tidurnya nggak tenang. Ini sebenarnya saya beli barang apa sih? Besok naik, besok turun gitu kan.

Jadi mindset ini balik juga sama masalah yang kita bicara pertama tadi, mindset investasi adalah lebih mengenal diri kita sendiri karena setiap orang itu punya preferensi risiko yang berbeda-beda ada yang mungkin, oh saya high risk, high gain; YOLO, you only live once; cacing-cacing naga-naga gitu kan, tapi ada juga yang tipenya memang konservatif.

Jadi kita harus kenalin, kalau kita sudah tahu kita orang yang turun 5 persen sedikit panik, jangan main yang saham kayak gitu-gitu. Mulai dulu yang paling simpel. Emas dan properti dari zaman saya, kita punya nenek moyang ya, kakek, nenek, ayah gitu, itu sudah dua aset yang paling gampang gbuat dipelajari.

Dan harga emas tuh naik terus ya?

Yes. Jauh banget (dibandingkan sebelum pandemik COVID-19). Saya juga ingat uang Rp20 ribu burung Cendrawasih dulu (tahun 1992), ya emas 1 gram itu dapat dengan Rp20 ribu.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Jujuk Ernawati
EditorJujuk Ernawati
Follow Us