Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Keuangan Stabil, 5 Cara Menerapkan Financial Boundaries dalam Keluarga

ilustrasi keluarga (unsplash.com/National Cancer Institute)

Bicara mengenai uang memang hal yang agak sensitif, ya. Karena setiap orang memiliki pandangan dan cara yang berbeda-beda dalam mengelola keuangannya. Namun, ketika sudah dalam ranah keluarga artinya uang dikelola untuk keperluan bersama sehingga dibutuhkan cara pengelolaan yang tepat agar uang yang dimiliki dapat menyokong kehidupan keluarga dengan baik.

Salah satu cara mengelola keuangan yang tepat yaitu dengan menerapkan financial boundaries di dalam keseharian setiap anggota keluarga. Financial boundaries adalah batasan-batasan yang telah dibuat dan disepakati untuk dijadikan pedoman dalam urusan finansial.

Contoh dari financial boundaries dalam keluarga seperti, membatasi nominal uang jajan anak, belanja kebutuhan rumah tangga hanya sebulan sekali dan sebagainya. Lalu, bagaimana menerapkan financial boundaries dalam keluarga? Simak caranya berikut.

1. Miliki filosofi keuangan yang diinginkan

ilustrasi keluarga (unsplash.com/Jessica Rockowitz)

Setiap keluarga memiliki prinsip dan pandangan hidup masing-masing. Prinsip atau pandangan hidup ini disebut juga dengan filosofi. Biasanya, prinsip yang dianut dalam sebuah keluarga dibentuk oleh suami sebagai kepala keluarga atau suami dan istri sebagai orang tua. Keduanya boleh-boleh saja, tergantung kesepakatan bersama.

Filosofi keuangan merupakan salah satu prinsip dasar dalam rumah tangga yang tak boleh diabaikan. Dengan adanya filosofi keuangan yang jelas, maka setiap anggota keluarga memiliki pemahaman yang sama dalam menilai dan menggunakan uang sehingga aakan terbentuk pola pikir yang searah dan tak akan menimbulkan selisih paham di kemudian hari.

2. Tentukan gaya hidup yang akan dijalani

ilustrasi keluarga (unsplash.com/National Cancer Institute)

Setelah memiliki pola pikir yang sama dalam menilai dan memahami makna uang, selanjutnya keluarga juga perlu memiliki gaya hidup yang sejalan. Hal ini bertujuan agar penerapan prinsip-prinsip keuangan dalam keluarga dapat terealisasi secara maksimal. Jika anggota keluarga memiliki gaya hidup yang berat sebelah, tentunya berpotensi mengganggu prinsip dari financial boundaries yang telah disepakati.

Gaya hidup dalam keluarga ditentukan berdasarkan pemasukan dan pengeluaran yang ada. Dalam menentukannya dapat didiskusikan antara suami dan istri atau antara orang tua dan anak.

Pastikan setiap anggota keluarga terpenuhi kebutuhan dan gaya hidupnya dengan baik. Namun dengan tetap menyesuaikan gaya hidup sesuai kantong agar tak besar pasak daripada tiang.

3. Buat pos pengeluaran yang jelas

ilustrasi menghitung (unsplash.com/Chris Liverani)

Salah satu cara mengatur finansial agar disiplin dan tetap on budget yakni dengan membuat sebuah pos pengeluaran yang jelas. Pos pengeluaran rumah tangga adalah berisi daftar nama beserta jumlah pengeluaran rumah tangga yang akan dialokasikan. Misalnya, 50% untuk kebutuhan, 30% untuk tabungan, dan 20% untuk keinginan. Ke mana saja arus keuangan akan dialirkan tergantung dari batasan-batasan finansial yang dimiliki keluarga.

Membuat pos pengeluaran tidak bisa sembarangan. Perlu penetapan yang bijak dan masuk akal dalam menentukan pos-pos keuangan rumah tangga. Jika salah dalam mengalokasikan uang, bisa-bisa menyebabkan keuangan keluarga menjadi bermasalah. Jadi, pastikan daftar apa saja dan berapa persentase yang akan dialokasikan telah dipikirkan dan ditentukan secara matang.

4. Sisihkan untuk tabungan dan investasi masa depan

ilustrasi menabung (unsplash.com/Towfiqu barbhuiya)

Menyisihkan pemasukan untuk dana tabungan dan investasi masa depan adalah hal yang tak boleh dilewatkan sedikit pun dalam menetapkan financial boundaries keluarga. Berapa pun penghasilan atau pemasukan yang dimiliki, pastikan tetap ada sedikit menyisihkan uang untuk ditabung atau diinvestasikan. Anggap saja, sebagai dana untuk keperluan darurat dan bekal masa depan keluarga.

Jika pemasukan tak memungkinkan untuk disimpan, setidaknya kamu bisa mengakalinya dengan menurunkan gaya hidup atau bisa juga dengan menambah sumber pemasukan. Intinya, jangan sampai pemasukan habis dengan percuma.

Kalau memang kamu menginginkan alokasi yang lain dari pemasukan rumah tanggamu, kamu harus berprinsip untuk mencari passive income yang lebih banyak agar bisa memenuhi gaya hidup keluargamu. Jika gaya hidup ingin ditingkatkan, maka keuangan juga harus ditingkatkan.

5. Komunikasikan dengan setiap anggota keluarga

ilustrasi berbicara (unsplash.com/Marie-Michèle Bouchard)

Sudah menetapkan financial boundaries yang tepat tak akan ada manfaatnya jika tidak bisa dipraktikkan dengan kompak oleh setiap anggota keluarga. Jika ada salah satu orang dari keluargamu yang tak menjalankan financial boundaries keluarga yang telah dibuat akan menghambat tercapainya tujuan. Jadi, pastikan financial boundaries telah diajarkan kepada setiap anggota keluarga sampai benar-benar dipahami dan diterapkan.

Mengomunikasikan financial boundaries mungkin dapat menyebabkan pro dan kontra di tengah-tengah keluarga. Belum tentu semua anggota keluarga setuju dan sanggup menerima aturan dan batasan finansial yang telah ditetapkan. Jadi, peran orang tua dalam mengedukasi amggota keluarga sangatlah dibutuhkan. Setelah itu, hanya perlu menjalankan financial boundaries yang dimiliki secara konsisten dan disiplin. Kalau perlu terapkan sistem konsekuensi jika melanggarnya dan beri apresiasi jika mampu melakukannya.

Financial boundaries mungkin terdengar asing untuk diterapkan di dalam keluarga. Namun, dengan adanya financial boundaries akan sangat membantu dan membawa banyak manfaat dalam urusan keuangan.

Sikap disiplin dan teratur dalam mengelola uang adalah langkah awal yang baik untuk menjaga kestabilan finansial keluarga saat ini maupun di masa mendatang.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Topics
Editorial Team
Dwi Rohmatusyarifah
EditorDwi Rohmatusyarifah
Follow Us