Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Faktor Penyebab Kegagalan Investasi yang Harus Kamu Hindari

5 Faktor Penyebab Kegagalan Investasi yang Harus Kamu Hindari
Ilustrasi penurunan kinerja bisnis. (IDN Times/Aditya Pratama)
Intinya sih...
  • Membeli produk yang tidak kamu pahami, seperti saham
  • Tidak sabar dalam menarik investasi, harus tahu waktu ideal untuk meraih keuntungan
  • Latah mengikuti tren tanpa memilih dengan seksama properti yang hendak kamu beli
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Kegagalan dalam berinvestasi bukan hal yang aneh. Kamu tidak perlu berkecil hati karenanya. Yang perlu kamu lakukan adalah mempelajari penyebab kegagalan kamu dalam berinvestasi.

Dengan mengetahui penyebab kegagalanmu dalam berinvestasi dapat membawamu kepada keberhasilan di masa yang akan datang.

Tak mudah memang menganalisis kegagalan. Tapi setidaknya lima hal berikut mungkin bisa membantu kamu mengenali faktor penyebab kegagalan investasi sehingga dapat menghindarinya. Berikut dikutip IDN Times dari situs web perusahaan asuransi Avrist.

1. Membeli produk yang tidak kamu pahami

ilustrasi investasi (IDN Times/Arief Rahmat)
ilustrasi investasi (IDN Times/Arief Rahmat)

Misalnya, kamu berinvestasi saham. Untuk menghindari penyebab kegagalan investasi, kenali dengan baik produk saham yang kamu beli, baik fundamental maupun teknikalnya. Dalam banyak kasus, para investor hanya tahu sedikit, atau bahkan tidak tahu apa-apa tentang bisnis spesifik yang dijalankan oleh perusahaan tempat ia berinvestasi.

Oleh karena itu, pahami produk yang kamu beli, baik saham, reksa dana, unit link, dan lain-lain, termasuk perusahaan yang mengelola dana kamu. Dengan demikian, kamu tak terkesan pasrah dan tak tahu apa-apa ketika menerima laporan investasi yang kamu tanamkan.

Hal ini juga berlaku jika kamu menginvestasikan modal pada sebuah bisnis riil. Jangan berinvestasi jika kamu tak memahaminya dengan baik.

2. Tidak sabar

Ilustrasi investasi (IDN Times/Aditya Pratama)
Ilustrasi investasi (IDN Times/Aditya Pratama)

Dalam banyak kasus, investor yang merasa tidak sabar, memutuskan menarik investasinya. Misalnya, baru berinvestasi selama tiga bulan, sudah ingin mendapatkan keuntungan dua kali lipat, dan sebagainya.

Padahal, tak ada keuntungan yang bisa diraih secara instan. Ini harus kamu pahami, terutama dalam berinvestasi. Apa pun jenis investasi yang kamu tanamkan, baik bisnis riil, saham, reksa dana, obligasi maupun investasi lainnya, kamu harus sabar untuk mendapatkan hasil yang diharapkan.

Oleh karena itu, penting mengetahui waktu ideal untuk meraih keuntungan dari investasi yang kamu tanamkan. Jika pada periode itu kamu tidak mendapatkan keuntungan sesuai harapan, kamu harus berpikir ulang apakah hendak meneruskan investasi tersebut, atau berhenti dan memindahkan modal ke portofolio investasi lainnya.

3. Latah mengikuti tren

ilustrasi IHSG (IDN Times/Aditya Pratama)
ilustrasi IHSG (IDN Times/Aditya Pratama)

Misalnya, lagi happening orang menanamkan modal untuk bisnis properti, kamu kemudian mengikutinya tanpa memilih dengan seksama properti yang hendak kamu beli. Ketika tren beralih, kamu ikut tergoda untuk beralih ke bisnis investasi lain tersebut.

Dalam banyak kasus, sebagian besar orang hanya mendengar tentang investasi ketika sudah berkinerja baik. Misalnya, jika jenis-jenis saham tertentu dua kali lipat atau tiga kali lipat lebih tinggi harganya, kebanyakan orang akan mengincarnya, tanpa mempelajari lebih jauh soal risiko, perusahaan pengelola, dan lain-lain.

Jangan pernah lakukan ini. Apalagi, kalau sekadar ikut-ikutan. Memahami bisnis yang kamu pilih, seperti disampaikan di atas, sangat penting untuk menghindari penyebab kegagalan investasi.

4. Terlalu fanatik pada perusahaan tertentu

Ilustrasi investasi. (IDN Times/Aditya Pratama)
Ilustrasi investasi. (IDN Times/Aditya Pratama)

Jika seorang investor sudah telanjur fanatik terhadap suatu perusahaan, dia enggan melirik peluang di perusahaan lainnya. Padahal, ketika perusahaan yang kamu pilih untuk menanamkan saham tak lagi menjanjikan keuntungan yang sesuai, jangan ragu mempelajari peluang investasi di perusahaan lainnya.

Jangan bertahan hanya karena fanatik. Sebab, prinsip berinvestasi pasti ingin mendapatkan keuntungan maksimal.

5. Gagal diversifikasi

Ilustrasi aset investasi (IDN Times/Sukma Shakti)
Ilustrasi aset investasi (IDN Times/Sukma Shakti)

Investor disarankan berpegang teguh pada prinsip diversifikasi. Dalam membangun exchange-traded fund (ETF) atau portofolio reksa dana, misalnya, ingatlah untuk mengalokasikan dana ke semua sektor yang tersedia.

Begitu pula dalam membangun portofolio saham, sebaiknya kamu mengalokasikan dana ke semua sektor utama. Sebagai pedoman umum, jangan mengalokasikan lebih dari 5 persen hingga 10 persen untuk satu sektor investasi saja.

FAQ seputar Faktor Penyebab Kegagalan Investasi yang Harus Dihindari

1. Kenapa penting memahami produk investasi sebelum membeli?

Memahami produk investasi penting karena jika kamu masuk ke alat investasi yang tidak kamu kenal, risikonya bisa sangat besar. Artikel-investasi besar menyebut bahwa ketidakpahaman pada instrumen bisa menjadi salah satu kesalahan utama investor pemula.

2. Bagaimana cara menghindari keputusan investasi yang didorong emosi?

Keputusan investasi berdasarkan emosi seperti takut rugi atau takut ketinggalan (FOMO) sering berujung salah langkah. Penelitian menunjukkan bahwa banyak investor yang menjual saat pasar turun karena panik atau membeli saat pasar naik karena ikut tren, padahal time in the market jauh lebih penting daripada timing the market.

3. Apakah harus diversifikasi portofolio?

Ya, diversifikasi sangat penting agar risiko investasi bisa tersebar. Banyak investor yang terjebak dengan satu jenis aset saja dan akhirnya mengalami kerugian besar ketika aset tersebut runtuh. Diversifikasi ke berbagai kelas aset dan sektor bisa mengurangi risiko tersebut.

4. Kenapa mengandalkan performa masa lalu bisa berbahaya?

Mengandalkan bahwa aset yang bagus di masa lalu akan tetap bagus di masa depan bisa menyesatkan. Ada faktor ekonomi, manajemen, dan kondisi pasar yang berubah sehingga performa masa lalu tidak menjamin hasil yang sama ke depan.

5. Apa kesalahan umum yang sulit disadari investor sendiri?

Salah satu kesalahan yang sulit disadari adalah “overconfidence bias” atau percaya bahwa kita bisa selalu mengalahkan pasar, dan “sunk cost fallacy” di mana kita tetap mempertahankan invest­asi yang jelas buruk hanya karena sudah banyak modal yang dikeluarkan sebelumnya. Keduanya bisa merugikan dalam jangka panjang.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us

Latest in Business

See More

BCA Syariah Catat Pembiayaan Rp12,2 Triliun di Kuartal III-2025

01 Nov 2025, 05:07 WIBBusiness