Peningkatan Belanja Konsumen Dongkrak Laba Visa dan Mastercard

- Visa mencatat pendapatan kuartal kedua 2025 sebesar 9,59 miliar dolar AS (Rp156,7 triliun) dengan laba bersih sebesar 4,58 miliar dolar AS (Rp74,8 triliun), melampaui ekspektasi analis.
- Mastercard melaporkan laba per saham sebesar 3,73 dolar AS (Rp60,9 ribu) untuk kuartal I 2025, naik 14,2 persen menjadi 7,25 miliar dolar AS (Rp118,4 triliun). Pertumbuhan lintas negara tercatat 15 persen secara global.
- Konsumsi tetap kuat di Amerika Serikat dengan JPMorgan Chase melaporkan kenaikan pendapatan bunga bersih menjadi 95.
Jakarta, IDN Times - Visa dan Mastercard diperkirakan akan melaporkan kenaikan laba kuartalan setelah periode panjang pengeluaran konsumen yang stabil, di tengah ketidakpastian akibat tarif dan situasi ekonomi global. Laporan keuangan kedua raksasa pemrosesan pembayaran ini akan diuji secara ketat oleh para analis, terutama terkait tren perjalanan dan pengeluaran non-pokok.
Pada Selasa (29/7/2025), laporan keuangan Visa dan Mastercard ini menjadi perhatian pelaku pasar karena hasilnya akan memperjelas prospek sektor keuangan global. Sebelumnya, bank-bank besar seperti JPMorgan Chase dan Wells Fargo, pada pertengahan Juli, telah memberikan gambaran positif mengenai kekuatan konsumen pada masa ini.
1. Visa catat pendapatan dan laba solid pada kuartal kedua 2025

Visa mengumumkan pada April 2025, bahwa pendapatan mereka pada kuartal kedua 2025 mencapai 9,59 miliar dolar Amerika Serikat (AS) (Rp156,7 triliun), naik 9,3 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya. Laba bersih tercatat sebesar 4,58 miliar dolar AS (Rp74,8 triliun), meski margin laba turun menjadi 48 persen akibat kenaikan biaya operasional. Kenaikan ini mengalahkan ekspektasi analis.
“Pertumbuhan laba Visa didukung oleh pertumbuhan pengeluaran konsumen yang tetap stabil serta peningkatan pembayaran lintas negara,” menurut laporan tertulis analisis harian MarketBeat. Visa juga melanjutkan ekspansi pada layanan nilai tambah seperti keamanan dan analitik pembayaran.
Pada Maret 2025, Visa merilis indeks Spending Momentum Index (SMI) yang menunjukkan bahwa pengeluaran diskresioner, termasuk perjalanan dan hiburan, tetap sehat meski ada ancaman perlambatan ekonomi global. Indeks SMI ini menggambarkan peningkatan aktivitas belanja masyarakat, terutama melalui kanal digital.
2. Mastercard lampaui ekspektasi laba dan genjot pertumbuhan lintas negara

Mastercard melaporkan pada Mei 2025, laba per saham (EPS) sebesar 3,73 dolar AS (Rp60,9 ribu) untuk kuartal I 2025, melampaui prediksi analis di angka 3,57 dolar AS (Rp58,8 ribu). Pendapatan bersih naik 14,2 persen menjadi 7,25 miliar dolar AS (Rp118,4 triliun) dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
“Pertumbuhan lintas negara tercatat 15 persen secara global, didorong oleh pemulihan perjalanan internasional, terutama ke China.” menurut siaran pers perusahaan, dilansir Investing.
Namun, analis Raymond James mengingatkan bahwa sekitar 37 persen pendapatan Mastercard dan 36 persen Visa sangat bergantung pada transaksi lintas negara, yang rentan terhadap fluktuasi ekonomi dan ketegangan geopolitik.
3. Konsumsi tetap kuat, bank besar antisipasi risiko ke depan

JPMorgan Chase melaporkan kenaikan pendapatan bunga bersih menjadi 95,5 miliar dolar AS (Rp1,5 kuadriliun) pada kuartal kedua 2025, didorong aktivitas consumer banking dan kredit yang positif.
“Ekonomi AS menunjukkan ketahanan sepanjang kuartal ini, namun risiko tetap ada dari tarif, defisit fiskal, dan ketidakpastian geopolitik.” kata CEO Jamie Dimon, dilansir Reuters.
Melansir Axios, konsumen di AS terus belanja secara konsisten, bahkan di tengah isu tarif dan inflasi.
“Kualitas kredit konsumen tetap sangat baik,” ungkap Jeremy Barnum, CFO JPMorgan Chase.
Indikator kesehatan kredit dan pengeluaran rumah tangga ini menjadi sinyal bahwa sektor pembayaran masih akan diuntungkan tren belanja masyarakat.