Ratu Maxima dan Women’s World Banking Angkat Topik Kesehatan Finansial

- Laporan riset WWB mengungkap kesenjangan kepercayaan diri dan kapabilitas anak muda Indonesia dalam mengelola keuangan digital.
- Angelique Timmer menekankan perlunya peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan kepercayaan diri untuk menerapkan perilaku finansial yang sehat.
- WWB berkolaborasi dengan regulator dan lembaga keuangan untuk memperkuat kapabilitas keuangan digital serta desain produk inklusif.
Jakarta, IDN Times - Women’s World Banking (WWB) menyelenggarakan Youth Financial Health Discussion di Surakarta (25/11/2025), yang menghadirkan Yang Mulia Ratu Máxima dari Belanda dalam kapasitasnya sebagai United UN Secretary-General’s Special Advocate for Financial Health (UNSGSA) atau Penasihat Khusus Sekretaris Jenderal PBB untuk Keuangan Inklusif bagi Pembangunan.
Diskusi ini menjadi wadah bagi para anak muda untuk menyampaikan tantangan nyata yang mereka hadapi dalam menavigasi keuangan digital. Mulai dari kesulitan mengendalikan pengeluaran dan mengikuti tren konsumsi berbasis sosial hingga risiko pinjaman serta misinformasi finansial.
Dalam sesi tersebut, Ratu Maxima menekankan pentingnya memastikan bahwa anak muda tidak hanya memiliki akses terhadap layanan keuangan, tetapi juga kapabilitas untuk menggunakannya secara aman. Dia pun berjanji akan menyampaikan suara anak muda kepada berbagai pemangku kepentingan yang ditemuinya selama kunjungan tersebut untuk mendorong kolaborasi yang lebih kuat.
"Kepercayaan diri dan perlindungan finansial merupakan fondasi bagi masa depan yang stabil," ujarnya.
Ia menambahkan, "Perempuan muda, khususnya, menunjukkan disiplin menabung yang kuat. Namun, mereka masih merasa kurang percaya diri dalam mengambil keputusan terkait kredit dan investasi. Kesenjangan ini perlu diatasi melalui pendekatan yang lebih praktis, relevan, dan berkelanjutan dalam pengembangan kapabilitas finansial."
1. Laporan terbaru WWB ungkap realitas tentang finansial anak muda

Laporan riset terbaru WWB, Empowering the Next Generation: A Path to Financial Confidence for Indonesia’s Youth, mengungkap realitas yang dihadapi anak muda Indonesia dalam menavigasi lanskap keuangan digital saat ini. Mulai dari penggunaan dompet digital secara impulsif, pemanfaatan kredit online yang berisiko, hingga paparan luas terhadap misinformasi finansial, studi tersebut menyoroti semakin lebarnya kesenjangan dalam kemampuan dan kepercayaan diri untuk mengambil keputusan keuangan yang aman.
Berdasarkan perilaku keuangan lebih dari 1.500 anak muda serta wawasan dari 117 pemangku kepentingan, laporan ini mengidentifikasi adanya “kesenjangan kepercayaan diri dan kapabilitas” yang terus berlangsung. Meskipun banyak anak muda memahami pentingnya menabung, berinvestasi, dan menghindari pinjaman berisiko tinggi, mereka sering kali tidak memiliki alat, bimbingan, dan sistem pendukung yang dibutuhkan untuk menerjemahkan pengetahuan tersebut ke dalam tindakan nyata.
Regional Director untuk Women’s World Banking Asia Tenggara, Angelique Timmer menekankan urgensi temuan tersebut.
“Riset kami menunjukkan bahwa akses saja tidak cukup. Anak muda menghadapi tekanan sosial, misinformasi, dan godaan impulsif yang membuat keputusan finansial sehari-hari menjadi lebih kompleks. Untuk mendukung mereka, kita tidak hanya perlu meningkatkan pengetahuan, tetapi juga membangun keterampilan dan kepercayaan diri yang diperlukan untuk menerapkan perilaku finansial yang sehat,” ujar Angelique.
2. Berinvestasi pada kesehatan finansial anak muda

Hasil dialog dan focus group lanjutan akan mendukung kolaborasi WWB dengan regulator, lembaga keuangan, dan mitra komunitas. Organisasi ini bertujuan memperkuat kapabilitas keuangan digital, membangun jalur digital yang lebih aman, serta mendorong desain produk keuangan yang inklusif dan sesuai dengan kebutuhan semua kelompok, tanpa memandang gender maupun latar belakang.
Suara-suara anak muda yang muncul dalam dialog tersebut menjadi pengingat kuat akan besarnya tantangan yang dihadapi lebih dari 44 juta anak muda Indonesia yang memasuki usia dewasa di tengah ekonomi yang ditandai oleh transformasi digital yang cepat.
“Kami dianggap sudah bisa mengelola uang hanya karena semuanya serba digital sekarang, padahal tidak ada yang benar-benar mengajarkan kami,” ujar Maura, seorang pekerja gig. “Sebagian besar waktu, rasanya kami harus mencari tahu semuanya sendiri, meskipun kami masih melihat orang tua sebagai sumber panduan.”
Peserta lain, Luna, pekerja formal, menyampaikan pengalaman serupa. “Saya ingin memiliki layanan keuangan terintegrasi di mana saya bisa dengan mudah mengakses edukasi, fitur tabungan bertarget, dan perencanaan keuangan dalam satu tempat. Untuk saat ini, semuanya terasa terfragmentasi di berbagai platform,” ujarnya.
3. Tentang Women’s World Banking

Women’s World Banking menegaskan bahwa generasi muda Indonesia berada pada fase penting untuk mempercepat pemberdayaan finansial mereka.
"Tanpa intervensi yang tepat untuk memperkuat kapabilitas dan kepercayaan diri, anak muda berisiko tertinggal dalam membangun fondasi keuangan yang kuat. Dengan langkah yang tepat, Indonesia dapat mempersiapkan generasi berikutnya untuk membuat keputusan finansial yang lebih aman, bijaksana, dan berkelanjutan."
Selama lebih dari 45 tahun, Women’s World Banking telah bekerja untuk membentuk ulang sistem keuangan agar menjamin keamanan dan kemakmuran bagi perempuan serta pertumbuhan ekonomi inklusif untuk semua. Organisasi nirlaba global ini bermitra dengan penyedia layanan keuangan, regulator, dan pembuat kebijakan di lebih dari 30 negara untuk merancang produk inklusif, melakukan riset berbasis bukti, serta mendorong perubahan sistemik yang memungkinkan perempuan dan keluarganya membangun keamanan finansial dan ketahanan ekonomi.



















