7 Saham Lippo Group, Bedah Kekuatan Bisnis Keluarga Riady

- PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) adalah induk properti terbesar dengan saham likuid, harga saham Rp92-Rp105 per lembar, dan kepemilikan oleh PT Inti Anugerah Pratama.
- PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO) adalah jaringan rumah sakit terbesar dengan harga saham Rp2.850-Rp3.100 per lembar dan kepemilikan oleh Sight Investment Company Pte. Ltd.
- PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) adalah emiten ritel fashion dengan harga saham Rp1.400-Rp1.650 per lembar, kepemilikan oleh Auric Digital Retail, dan strategi omnichannel.
Berinvestasi di pasar modal Indonesia rasanya belum lengkap jika tak melirik konglomerasi bisnis raksasa yang sudah melegenda, yakni Lippo Group. Grup bisnis yang didirikan oleh keluarga Riady ini memiliki jaringan yang sangat luas dan menyentuh hampir seluruh aspek kehidupan masyarakat, mulai dari tempat tinggal, belanja harian, layanan kesehatan, hingga asuransi.
Memahami fundamental dan prospek saham Lippo Group adalah langkah krusial bagi kamu yang ingin mendiversifikasi portofolio investasi dengan emiten-emiten yang memiliki aset riil dan brand awareness kuat. Di 2025 ini, peta persaingan bisnis dan struktur kepemilikan beberapa emiten di lingkaran Lippo mengalami dinamika yang menarik untuk dicermati. Beberapa perusahaan masih murni dikendalikan oleh keluarga Riady, sementara yang lain telah bermitra strategis dengan investor global untuk memacu pertumbuhan kinerjanya.
Kali ini, kita akan membedah secara mendalam tujuh saham utama yang bernaung di bawah atau terafiliasi dengan ekosistem Lippo. Lengkap dengan data IPO, kepemilikan saham, hingga harga pasar terbarunya agar kamu bisa mengambil keputusan investasi yang lebih matang.
1. PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR), induk properti terbesar

PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) bisa dibilang sebagai "kapal induk" dari seluruh bisnis properti Lippo Group yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Perusahaan ini tak hanya sekadar membangun perumahan, tetapi mengembangkan kota mandiri yang terintegrasi dengan mal, rumah sakit, dan hotel bintang lima.
Sejak melantai di bursa melalui IPO pada 28 Juni 1996, LPKR memiliki jumlah saham beredar yang sangat masif, yakni lebih dari 70,8 miliar lembar saham. Hal tersebut menjadikannya salah satu saham paling likuid yang mudah diperjualbelikan oleh investor ritel seperti kamu.
Kinerja saham LPKR di 2025 menunjukkan pergerakan yang menantang namun tetap menarik bagi trader yang memanfaatkan volatilitas jangka pendek. Harga sahamnya kini berada di kisaran Rp92 hingga Rp105 per lembar, dengan kapitalisasi pasar (market cap) yang bertahan di angka Rp6,5 triliun hingga Rp7,4 triliun.
Sebagai pemegang saham pengendali, PT Inti Anugerah Pratama memastikan bahwa visi jangka panjang perusahaan tetap sejalan dengan kepentingan grup, meski tantangan suku bunga tinggi sempat menahan laju sektor properti di awal tahun.
2. PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO), pertumbuhan sektor kesehatan

Jika LPKR adalah raja properti, maka PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO) adalah permata di sektor pelayanan kesehatan yang terus bersinar. Terintegrasi erat dengan lokasi properti Lippo, SILO telah tumbuh menjadi jaringan rumah sakit swasta terbesar di Indonesia dengan fasilitas medis bertaraf internasional.
Sejak IPO pada 12 September 2013, SILO menjadi saham favorit bagi investor yang mencari emiten defensif, karena kebutuhan akan layanan kesehatan cenderung gak terpengaruh oleh krisis ekonomi. Pada perdagangan akhir 2025, saham SILO memperlihatkan performa yang solid dan stabil di tengah fluktuasi pasar, mencerminkan kepercayaan investor pada ekspansi rumah sakit barunya.
Harga saham SILO bertengger di level premium, berkisar antara Rp2.850 hingga Rp3.100 per lembar, yang membawa kapitalisasi pasarnya menembus angka Rp38 triliun hingga Rp40 triliun. Walau kini kepemilikan mayoritas dipegang oleh Sight Investment Company Pte. Ltd. (konsorsium CVC), keterkaitan operasional dan sejarahnya menjadikan SILO tetap dianggap sebagai bagian integral dari kesuksesan ekosistem Lippo.
3. PT Matahari Department Store Tbk (LPPF), ikon ritel legendaris

Siapa yang tak kenal dengan merek Matahari? PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) merupakan emiten ritel fashion yang telah melayani keluarga Indonesia selama puluhan tahun. Berada di bawah payung investasi grup, LPPF terus berinovasi dengan strategi omnichannel yang menggabungkan pengalaman belanja offline di mal-mal Lippo dan belanja online.
Meski saat ini menghadapi persaingan ketat, perusahaan yang melakukan re-listing pada 2009 ini tetap mempunyai basis pelanggan setia dan dikenal royal membagikan dividen jumbo kepada pemegang sahamnya. Memasuki kuartal akhir 2025, saham LPPF diperdagangkan dengan valuasi yang cukup terdiskon kalau dibandingkan dengan masa kejayaannya beberapa tahun silam.
Harga saham LPPF bergerak di rentang Rp1.400 hingga Rp1.650, dengan kapitalisasi pasar sekitar Rp3,5 triliun hingga Rp4 triliun. Dengan jumlah saham beredar sekitar 2,3 miliar lembar dan kepemilikan pengendali oleh Auric Digital Retail serta masyarakat publik, saham ini sering menjadi incaran investor nilai (value investor) yang mengharapkan turnaround kinerja saat musim belanja hari raya tiba.
4. PT Multipolar Tbk (MLPL), holding investasi strategis

PT Multipolar Tbk (MLPL) menjadi "otak" strategi investasi Lippo Group yang membawahi berbagai portofolio bisnis, mulai dari ritel hingga teknologi digital. Emiten ini memegang peranan kunci sebagai pemegang saham di berbagai perusahaan lain, termasuk PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA) dan PT Multipolar Technology Tbk (MLPT).
Sudah melantai di bursa sejak 6 November 1989, MLPL menawarkan eksposur investasi yang unik karena model bisnisnya yang fleksibel mengikuti tren teknologi dan digitalisasi yang sedang berkembang pesat. Di pasar saham pada 2025, MLPL menjadi salah satu saham yang cukup atraktif karena kerap bergerak lincah mengikuti sentimen sektor teknologi.
Harga saham terakhirnya terpantau cukup volatil di kisaran Rp140 hingga Rp170 per lembar (mengalami kenaikan signifikan dari level gocap di tahun-tahun sebelumnya), dengan kapitalisasi pasar mencapai lebih dari Rp2,5 triliun. Dikuasai oleh PT Inti Anugerah Pratama, MLPL jadi pilihan tepat bagi kamu yang ingin berinvestasi pada holding company yang memiliki visi futuristik dalam ekosistem Lippo, nih.
5. PT Lippo General Insurance Tbk (LPGI), asuransi umum dan kesehatan

PT Lippo General Insurance Tbk (LPGI) adalah pemain lama yang bergerak di sektor asuransi umum, menyediakan perlindungan mulai dari asuransi kesehatan, kebakaran, hingga kendaraan bermotor. Perusahaan ini secara historis memiliki integrasi yang kuat dengan grup, seperti menyediakan asuransi untuk aset properti Lippo dan produk asuransi kesehatan yang melengkapi layanan Siloam.
Melantai di bursa sejak 22 Juli 1997, LPGI dikenal sebagai saham yang tidak terlalu likuid karena jumlah saham beredar di publik yang relatif sedikit (sekitar 150-300 juta lembar). Meski demikian,LPGI memiliki fundamental keuangan yang sangat sehat.
Pada 2025, kinerja LPGI menarik untuk dicermati karena adanya perubahan signifikan dalam struktur kepemilikan yang kini dikendalikan oleh Hanwha General Insurance (perusahaan asal Korea Selatan), meskipun nama "Lippo" masih melekat kuat sebagai brand dan mitra strategis.
Harga saham LPGI cenderung stabil di angka yang cukup tinggi, berkisar antara Rp3.200 hingga Rp3.800 per lembar, dengan kapitalisasi pasar sekitar Rp1 triliun hingga Rp1,5 triliun. Transformasi ini membawa optimisme baru dengan masuknya teknologi dan keahlian asuransi global, menjadikan LPGI sebagai opsi diversifikasi yang menarik di luar sektor properti dan ritel.
6. PT Lippo Cikarang Tbk (LPCK), kawasan industri dan residensial

PT Lippo Cikarang Tbk (LPCK) merupakan anak usaha langsung dari LPKR yang fokus mengembangkan kawasan industri dan hunian di koridor timur Jakarta. Emiten ini mengelola kawasan yang menjadi basis bagi ratusan perusahaan multinasional, sehingga memiliki pendapatan berulang (recurring income) yang cukup kuat dari pengelolaan kota.
Sejak IPO pada 24 Juli 1997, LPCK menjadi pilihan bagi investor yang ingin masuk ke sektor properti industri dengan fundamental aset tanah (land bank) yang luas. Memasuki 2025, saham LPCK menunjukkan pergerakan yang selaras dengan membaiknya iklim investasi asing langsung (FDI) di sektor manufaktur Indonesia.
Harga saham terakhir LPCK bergerak di rentang Rp580 hingga Rp650 per lembar, dengan kapitalisasi pasar tercatat sekitar Rp1,6 triliun hingga Rp1,8 triliun. Dengan kepemilikan mayoritas di tangan LPKR (lebih dari 80 persen), saham LPCK memiliki jumlah saham beredar sekitar 2,6 miliar lembar dan sangat sensitif terhadap berita pengembangan infrastruktur di wilayah Cikarang.
7. PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA), ritel FMCG (Hypermart)

PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA) adalah pengelola jaringan supermarket Hypermart, Foodmart, dan Hyfresh yang menyediakan kebutuhan pangan harian masyarakat. Berada di bawah naungan Multipolar (MLPL), MPPA fokus pada strategi gerai format baru dan layanan online grocery untuk bersaing di pasar ritel modern.
IPO sejak 21 Desember 1992, MPPA memiliki sejarah panjang dalam industri ritel Indonesia dan jangkauan gerai yang tersebar hingga ke Indonesia Timur. Pada 2025, saham MPPA masih berjuang untuk membalikkan kinerja keuangannya agar kembali mencetak profitabilitas yang konsisten.
Harga sahamnya tergolong sangat terjangkau, sering kali berada di kisaran Rp50 hingga Rp70 per lembar, dengan kapitalisasi pasar sekitar Rp4 triliun karena jumlah saham beredarnya yang sangat banyak (lebih dari 50 miliar lembar). Bagi kamu yang memiliki profil risiko tinggi, saham ini bisa menjadi opsi spekulatif dengan harapan pemulihan daya beli masyarakat, lho.
Mengoleksi ketujuh saham di atas memberikan gambaran betapa luasnya diversifikasi bisnis yang dibangun oleh para pendiri grup ini. Pastikan kamu selalu melakukan analisis teknikal dan fundamental secara mandiri sebelum memutuskan untuk membeli saham Lippo Group, agar strategi investasi kamu ini dapat berjalan sukses dan menghasilkan keuntungan maksimal, ya.
















