Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

[PUISI] Museum Imajinasi

ilustrasi genangan air (pexels.com/ Dayvison de Oliveira Silva)
ilustrasi genangan air (pexels.com/ Dayvison de Oliveira Silva)

Setitik air jatuh menangisi daun yang gugur

Bertumpu pada lautan kecil di tepi jalanan

yang memantulkan mawar pada bibirmu

Hadiah terakhir sebelum lautan kau hempaskan

 

Langkah kaki yang kau pijak pada lautan ini

Membangunkan tidur pulas sel-selku setelah

semalam penuh menampung tangis bumi

Menggempakan seluruh urat nadiku yang memecah belah

 

Setelah mati tanpa cinta selama dua puluh tahun lamanya

Kini kau berjalan di atas hatiku lalu pergi tanpa pamit

Pipiku basah kuyup, dijilat rayuan kalbu yang berasal

dari aroma tubuhmu yang menggerogoti kulit

 

Dan aku hanya bisa berdiri di jalanan ini tanpa bergeming

Menjelma lukisan bermata hidup yang mengukir

setiap gerak-gerikmu dalam museum imajinasi

Dan daun pun gugur, mengubur senyum yang gagal berimitasi

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Indiana Malia
EditorIndiana Malia
Follow Us