[PUISI] Museum Imajinasi

Setitik air jatuh menangisi daun yang gugur
Bertumpu pada lautan kecil di tepi jalanan
yang memantulkan mawar pada bibirmu
Hadiah terakhir sebelum lautan kau hempaskan
Langkah kaki yang kau pijak pada lautan ini
Membangunkan tidur pulas sel-selku setelah
semalam penuh menampung tangis bumi
Menggempakan seluruh urat nadiku yang memecah belah
Setelah mati tanpa cinta selama dua puluh tahun lamanya
Kini kau berjalan di atas hatiku lalu pergi tanpa pamit
Pipiku basah kuyup, dijilat rayuan kalbu yang berasal
dari aroma tubuhmu yang menggerogoti kulit
Dan aku hanya bisa berdiri di jalanan ini tanpa bergeming
Menjelma lukisan bermata hidup yang mengukir
setiap gerak-gerikmu dalam museum imajinasi
Dan daun pun gugur, mengubur senyum yang gagal berimitasi
This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.