Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

[PROSA] Hujan di Balik Jendela

ilustrasi hujan di balik jendela (pexels.com/Nur Andi Ravsanjani Gusma)

 "Aku tak suka hujan," isaknya.

"Kenapa?" tanyaku.

"Aku tak bisa lagi menikmati mereka yang lalu lalang di balik jendelaku.Jika hujan, mereka hanya akan berdiam diri di rumah, menikmati secangkir kopi panas dan becengkrama dengan keluarga. Aku kesepian. Aku tak menyukai itu," katanya dengan sendu.

"Tapi, kau bisa memandang rinai hujan yang jatuh membasahi, merasakan sejuk yang menenangkan, menikmati simponinya di kala tetesannya bersambut tanah dan pasir. Bukankah itu menyenangkan?" tanyaku menuntut.

"Tidak," isak nya lagi.

"Nyanyian hujan terkadang penuh amarah, menggelegar dengan kencang, menyambar di udara dan langit pun tiba-tiba murka. Aku takut itu," isaknya kian kencang.

"Bertemanlah dengan ketakutanmu, karena kau tak bisa selalu bersembunyi dari hal-hal yang tak bisa kau hindari. Hujan tak membencimu, tak sewajarnya kau membencinya," ujarku seraya mendekapnya erat.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Kidung Swara Mardika
EditorKidung Swara Mardika
Follow Us