Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

[PROSA] Syair Pelebur Dendam

ilustrasi orang yang sedang merenung (pixabay.com)

Mimpiku terhunus di ujung ruas malam yang rapuh. Jiwaku lantak bersama tubuh yang lepuh dibakar hari-hari. Pada liuk amarah yang buncah belatiku merajah urat sungai yang bermuara pada entah.

Berikan aku penawar api untuk kureguk memusnah nyeri. Agar hilang segumpal perih agar lenyap seujung letih. Akan kurapal mantra hingga tuntas agar seluruh mereka hilang tumpas. Menyisakan darah yang akan ditampung oleh sebuah syair renung yang murung.

Aku menantikanmu di tubir jantungku yang sarat akan dendam. Merindukan buai katamu yang tak pernah kudapati dari lain ruh berbalut tubuh. Pada gelap subuh yang masih enggan luruh seluruh, kudapati engkau serupa bayang-bayang samar.

Menggali liang yang kelak kan pengap dan lindap dilupakan matahari. “Ke sanalah kita akan pulang!” ucapmu sambil menunjuk tanah yang baru kau gali setengah. Dan seketika, dendamku lenyap menguap entah kemana?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
El Nandemar
EditorEl Nandemar
Follow Us