[PUISI] Akar yang Menyapa

Di bawah sisa-sisa hujan yang pergi,
akar tanpa suara menembus kehangatan tanah
mereka menyapa: "kau tak sendiri"
Aku belajar membaca jejak mereka,
benang rindu yang tersimpan dulu
kini muncul sebagai aliran getah
yang melunakkan batu-batuku
Tak ada yang sempurna dalam tumbuh,
tapi di antara retakan, cahaya masuk
seperti jari-jari bayi menggapai
ruang kosong yang kau tinggalkan
Aku bukan batu yang kau lemparkan,
tapi akar yang terus mencengkeram
menyerap air dari luka yang kau sembunyikan
Kapan terakhir kita berbagi udara?
Saat daun berguguran atau saat embun
mengenalkan kita pada kelembapan yang sama
Sekarang aku tahu,
setiap akhir yang kau panggil
adalah panggilan untuk berakar lebih dalam
Dan aku, yang dulu pergi mencari cahaya
kini berdiri di bawah dedaunan
menjadi jembatan antara tanah dan langit
dengan akar-akar yang berbisik,
"kita tumbuh, meski tak pernah menyatakan"


















