Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

[PUISI] Biarkan si Badut Mengeluarkan Amarah

ilustrasi badut tersenyum (unsplash.com/Marcos Ferreira

Seribu bait dibungkam dari mulutku 
Kuucap satu bait yang mengalun jua amarah
Hening dan diam semua manik memaku 
Tiada maaf dari mulutku karena sudah gerah

Ah...
Tiada guna mengeluarkan semua serapah
Mereka bertepuk tangan mengira sebuah lelucon
Kuukir garis merah di kedua sudut bibir yang basah 
Membiarkan air mata membuatku menjadi kokon

Lebih baik melayang dalam kesendirian
Dianggap tidak bisa mengeluarkan api
Aku dan ketakutanku yang kesepian 
Menangis pasrah karena alur gelombang tanpa tepi

Kau tahu rasanya dianggap menjadi lugu
Dianggap baik dan menjadi seorang peri yang baik 
Sebuah musibah karena ejekan menjadi lagu 
Dan aku menerima dengan tensi darah yang naik

Betapa sulit menjadi yang dianggap baik 
Haram hukumnya jika wajahku masam 
Sedangkan mereka tak tahu rautku selalu menukik
Ketika mereka mencecarku dengan tajam

Biarlah aku menutupi kekesalan dengan lipstik merah
Laiknya badut di pameran yang tidak pernah marah
Ditertawakan dengan lelucon sampah
Tetapi tetap bersinar meski perasannya tidak berarah

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Kidung Swara Mardika
EditorKidung Swara Mardika
Follow Us