[PUISI] Dalam Pelukan Ibu

Setiap pagi, aroma dapur lebih dulu membangunkanku daripada cahaya matahari. Ada tangan yang sibuk, ada hati yang tak pernah letih menyiapkan hari.
Ibu tidak selalu banyak bicara, tapi kasihnya hadir dalam bentuk paling sederhana: nasi hangat di piring, lipatan baju bersih, doa yang berulang-ulang di ujung sajadah.
Aku pernah marah, pernah menjauh, tapi tetap kembali. Karena hanya pada ibu, aku menemukan rumah yang tak pernah bertanya kenapa aku pulang.
Dan jika kasih adalah bahasa, maka ibu telah menuliskannya sejak lama di dadaku, dengan tinta yang tak pernah pudar, bahkan oleh waktu.
This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.