[PUISI] Eidetik

Ada seorang gadis
Terperangkap sunyi dalam kelabu
Gemintang membisu mengingat temu
Memori pun membeku di wajahku
Gurat luka di ujung lara dan asan bersenandung pilu
Tenggelam dalam tatap yang semu
Aku seorang gadis
Berimajinasi untuk mengelana kembali
Meminta gemintang agar bawaku pergi
Sejauh ingatan tentang dirinya yang telah pergi
Membawa segenap emosi dan perasaan hati
Ah, tega nian dikau pada diri ini
Tentang kau yang telah pergi
Tegas matamu mengalihkan tatap
Tak inginkah engkau menetap?
Tertawa bersamaku dalam tatap?
Mengapa engkau biarkan diri ini meratap?
Tentang kau yang telah pergi
Rinai sendu pun laun jadi liliput|
Sampai-sampai puisiku kau buat karut
Mau sampai kapan kau kusembunyikan seperti kancut?
Kejam nian kau biarkan aku sedih berlarut-larut
Haruskah aku menyelam ke laut, lantas tertangkap perompak, agar kau datang ke laut?
Aku yang masih menunggumu
Berlarut-larut dalam sunyi hingga lupa waktu
Masihkah amarahmu memuncak seperti hari itu?
Hanya karena aku tak makan pada jam satu
Haruskah aku berjuluk mahajana agar berpangkat ratu?
Biar kau kembali dan kenanganmu tak menguntit macam hantu
Aku yang masih menunggumu
Saku-saku aku mencuri hela napasmu hari itu
Aku jadikan tanda agar kau tak kikis oleh waktu
Bahkan hingga kau tak lagi memijak tanah dan batu
Aku biarkan kau jadi penunggu memori meski menjelma hantu
Kau yang tak pernah kembali
Aku terlewat asan hingga gurat luka di hati menjadi cabir
Tega nian kau biarkan mata ini berair
Engkau sadarkan aku pula tentang takdir
Haruskah aku menjelma seorang sahir?
Biar cinta pertama seorang anak perempuan tak berakhir sekejam takdir
—Jogja, 2020