Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

[PUISI] Hampa Paling Pekat

ilustrasi wanita sendirian (Pixabay/Graehawk)

Aroma tanah basah, suara gagak dan kembang kenanga, begitu sempurna cara dunia mengoyakku
Aku menyaksikan dengan kantung mata yang nyaris meledak, tumpukan tanah basah perlahan menelanmu
Hilang pula untukku cinta paling tulus
Terhenti pula untukku rapalan doa paling panjang
Hari-hari berlalu begitu datar ...
Jantungku berdetak dengan ritme yang nyaris redup
darahku hampir kehilangan desirnya
hanya ada hening serupa hamparan danau dan sesak tenggelam di palung terdalamnya
Saat aku mencari sisa aromamu dalam tumpukan baju,
Yang kudapati hanya hampa paling pekat

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Fatimah Ridwan
EditorFatimah Ridwan
Follow Us