[PUISI] Hujan Teman Rintik Sendu

Tetes demi tetes mulai berguguran
Bahkan, penapak kaki dengan sukarela
Membiarkan tetesannya menyelimuti tanah
Tanpa lupa menengadahkan kedua tangan
Disertai gejolak kalbu yang mendominasi
Semacam lukisan cahaya di atas awan
Berkat datangnya rahmat Tuhan
Yang begitu menenangkan hati
Di bawah balok kayu kubersandar
Tapi, tanpa pernah kuduga
Perlawanan jarum jam berhasil kembali
Mengelabuhi isi genggaman kecilku
Terlalu kuat untuk sekedar renggang
Meski berulang kali telah kucoba
Dan pada akhirnya
Membawaku kembali pada jiwa itu
Dimana sepasang purnama mulai beraksi
Mematahkan tameng yang telah lama menemani
Hingga sang sabit memutar balikkan keadaan
Bersama siulan yang terus berjalan ke belakang
Mengabaikan detakan yang seakan butuh sandaran
Sampai ku benar-benar merasakan sendiri
Bahwa batu telah lebur menjadi tanah
Dan tenggelam dari tatapan sang fajar