[PUISI] Ibu, Langit di Atas Kita Robek

Ibu, lihatlah langit di atas kita,
retak seperti cermin tua di sudut kamar,
menyimpan luka-luka yang tak sempat kau bisikkan,
pecahannya menetes menjadi hujan yang asin.
Dulu, rumah ini berdiri seperti nyala lilin,
hangat meski rapuh diterpa angin,
tapi kini api itu membentuk bayangan,
seperti siluet hantu di dinding, melolong di sepi.
Kau menyebut cinta sebagai duri mawar,
tajam tapi harum,
aku menyebut rumah kita sebagai reruntuhan,
indah tapi menyesakkan dada.
Ibu, aku ingin bertanya,
di mana kita menyimpan bahagia?
Di balik pintu yang selalu terkunci?
Atau di dalam hati yang kita takut buka?
Langit di atas kita telah robek, Ibu
dan malam-malam hanya menjahit luka dengan bayangan,
sementara aku duduk di sudut waktu,
menunggu pagi yang tak lagi sama.
This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.