[PUISI] Imamku di Masa Depan Nanti

Jika Tuhan mengizinkanku untuk menikah,
aku tak akan asal-asalan memilih pasangan,
harus melihat rekam jejaknya di masa lampau
Aku tak mau dengannya yang penjahat atau punya catatan kriminal
Tak mau pula dengannya yang menculik hati perempuan dan menjadikannya permainan
Aku tak mau janji manis, tapi pembuktian
Tak perlu harus imut dan manis, karena tampang tak membuatku kenyang
Ditraktir makan gratis setiap hari, oke-oke saja
Namun, bukan itu inti dari segalanya
Yang menjadi pasanganku adalah dia yang mencinta
Mencinta setulus hati, bukan karena keperluan pribadi
Bukan sekadar memuaskan nafsu birahi, lebih-lebih melanjutkan dinasti
Yang menjadi pasanganku nanti haruslah imam yang aku ada di dalam hatinya
Yang aku selalu ada dalam prioritasnya
Karena nyatanya, pernikahan bukan setahun, dua tahun
Bisa empat sampai lima tahun dan bahkan lebih dari itu
Intinya, yang harus menjadi pasanganku adalah dia yang paham agama
Yang mampu menyetir bahtera rumah tangga sembari memohon rida Tuhannya
Bukan dia yang hanya memikirkan dunia dan menghalalkan segala cara