[PUISI] Ingatan

Guratan muncul di setiap tawanya
Tangannya menyeka air di ujung mata
Lalu tersenyum menunjukkan lesung pipit
Ah, manisnya saat mata itu menyipit
Tangannya keriput, tapi aku tidak peduli
Rambutnya telah memutih, aku pun tak peduli
Senyumnya tetap candu untukku
Tak pudar meski termakan waktu
Dia tempat teraman untuk aku yang lemah
Tempat ternyaman untuk aku yang gelisah
Dia rumahku dan selalu menjadi rumahku
Yang menjadi satu-satunya tujuan pulangku
Hingga aku sadar rumahku bukan milikku
Dia kembali kepada pemiliknya yang juga pemilikku
Tak apa, aku masih melihatnya tersenyum dalam kepala
Sedangkan aku menangis di depan pusara
This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.